Laporan Idris Ismail | Pidie Jaya
SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU - Lima muara di Pidie Jaya (Pijay) mengalami pendangkalan sejak belasan tahun lalu.
Pendangkalan disebabkan bencana tsunami serta penumpukan sendimen yang terjadi 14 tahun lalu.
Kelima kuala TPI itu masing-masing, Kuala TPI Meureudu, Kuala TPI Panteraja, Kuala Ulim, Kuala Kiran , dan Kuala Beuracan.
Pihak nelayan di kabupaten setempat mendesak pemerintah setempat untuk dapat melakukan normalisasi kembali.
Panglima Laot Lhok Kabupaten Pijay, Tgk Hamid Husien kepada Serambinews.com, Selasa (5/3/2019) mengatakan, muara sungai atau Kuala di lima lokasi TPI sejak 14 tahun terakhir pascabencana gempa dan tsunami Aceh.
Baca: Nelayan Ie Leubue Pidie Keluhkan Muara Dangkal, Boat Tunggu Air Pasang Untuk Masuk TPI
Baca: Muara Dangkal, Ratusan Warga Ulim Keruk Kuala dengan Cangkul dan Sekrup
Baca: Kuala Dangkal, Nelayan Sudah 3 Minggu tak Melaut
Kondisi itu telah memberi dampak besar terhadap kondisi kuala di Pijay yang umumnya telah dangkal.
Di antara lima Kuala tersebut yang paling besar adalah Kuala Meureudu dan Kuala Panteraja.
Pada umumnya para nelayan jika hendak membongkar hasil tangkapan harus menunggu air pasang dikarenakan boat tidak dapat merapat ke TPI karena kandas akibat rendahnya permukaan air.
Jika pun dilakukan pembongkaran terpaksa dilakukan di bibir pantai dengan radius beberapa mil dengan menggunakan boat lansir.
Ini menyebabkan biaya tambahan bagi setiap para pemilik boat.
Karenanya pihak nelayan sangat berharap kepada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) untuk dapat melakukan upaya pengerukan pada beberapa kuala yang dangkal.
"Sebenarnya persoalan lima lokasi dangkalnya kuala ini telah beberapa kali disampaikan agar dilakukan pengerukan, sampai kini belum terealisasi hingga 14 tahun berlalu," ujarnya. (*)