"Begitu saya mulai memotong, saya tidak bisa berhenti," katanya, yang saat diwawancarai, tangannya sedang bergerak secara otomatis mengayunkan kapak.
"Ini hanya salah satu hal favorit saya yang harus dilakukan. Saya menghabiskan berjam-jam untuk memotong (kayu)."
Sebelum Anda mengambil kesimpulan, Mark tidak gila, serius, dia pria normal!
Dia dulunya seorang manajer di sebuah perusahaan makanan organik di Bristol. Dia pergi berlibur ke tempat-tempat yang eksotis.
Baca: Ini Jam Kerja PNS Pidie Selama Puasa
Dia juga memiliki akun Facebook dan Twitter yang dia perbarui secara teratur.
Namun menurutnya, semua "kenyamanan" itu membawa tekanan tersendiri.
Email yang masuk harus dijawab, contohnya. Semuanya sangat membuatnya tertekan.
Setelah bertahun-tahun dekat dengan dunia modern, kini ia menjauh dari berita, radio, dan TV.
"Tentu saja, saya mendengar suara-suara (kabar berita). Saya tahu tentang Brexit. Tapi saya merasa senang bisa keluar dari masalah itu. Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu menyelesaikan masalah itu?"
Dia juga menyadari bahwa kehidupan barunya bukan tentang menyerah, tetapi mendapatkan kedamaian, ketenangan dan itu semua berada di tempatnya saat ini yang jauh dari teknologi.
"Saya mendapatkan pengetahuan sendiri," katanya.
Suatu hari dia merasa ingin memancing.
Baca: Ini 10 Caleg DPR RI Peraih Suara Terbanyak di Abdya, Riefky Memimpin Disusul Dek Gam
Danau sejauh 15 mil jauhnya biasa dia tempuh dengan bersepeda (yang membutuhkan waktu sekitar satu jam) atau berjalan (empat jam sekali jalan).
Kadang dia bisa menghabiskan lima jam memotong kayu, jika dia suka.
Kadang duduk dan membaca buku. Kadang menatap langit dan mengagumi keindahannya. Atau terkadang berjalan-jalan di hutan dan berkomunikasi dengan alam.