Menelusuri Jejak Adam dan Hawa hingga Muhammad Saw

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mursal Ismail, Wartawan Serambi Indonesia dari Madinah

Laporan Mursal Ismail, Wartawan Serambi Indonesia dari Mekkah

MESKI sudah selesai melaksanakan rukun haji dan memperbanyak ibadah sunah lainnya di Masjidil Haram, Mekkah, rasanya belum lengkap jika belum mengunjungi berbagai tempat sejarah Islam di Kota Suci ini dan sekitarnya.

Oleh karena itu, Selasa, 21 Mei 2019 pagi, menggunakan bus travel Ameera Mekkah, Medan, kami mengawali perjalanan ke Jabal Tsur. Di atas bukit ini, ada Gua Jabal Tsur yang hingga kini menjadi saksi perjuangan hijrah Nabi Muhammad saw dan sahabatnya Abu Bakar dari Mekkah ke Madinah tahun 622 Masehi. Ketika itu, tahun kesepuluh kenabian Muhammad dan beliau masih bersedih karena belum terlalu lama pamannya, Abu Thalib dan istrinya yang tercinta, Khadijah, meninggal dunia.

Intinya, di dalam gua ini selama tiga hari tiga malam, Rasulullah bersama Abu Bakar bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraisy yang ingin membunuhnya karena tak terima ajaran Islam dibawa Nabi Muhammad.

„Namun, Allah ketika itu mengirim laba-laba untuk bersarang di mulut Gua Tsur. Begitu juga merpati, bertelur di mulut gua ini, sehingga tak ada sedikit pun jejak orang memasuki gua tersebut. Oleh karena itu, kaum kafir tak jadi masuk, sehingga Nabi Muhammad dan Abu Bakar selamat,“ kata Raja Harahap, mutawwif (pemandu) kami.

Di dalam gua yang tingginya tak bisa berdiri tegak orang dewasa ini, Nabi Muhammad sempat kelelahan hingga tertidur di pangkuan Abu Bakar. Tiba-tiba ada ular berbisa menggigit kaki Abu Bakar, tapi sang sahabat ini tetap berusaha menahannya agar Muhammad tidak terbangun dan jangan sampai ular menggigit Rasulullah.

„Saat menahan sakit itu, air mata Abu Bakar keluar dan mengenai Nabi Muhammad, sehingga nabi terbangun. Begitulah salah satu perjuangan sahabat yang kemudian menjadi mertua Nabi Muhammad ini. Kan Abu Bakar ayah dari istri Nabi, Aisyah,“ cerita Raja Harahap.

Peristiwa ini pun diabadikan Allah dalam Quran Surah At-Taubah ayat 40 yang artinya, „Bila kamu tak mau menolong Rasulullah, maka Allah Swt sudah menjamin menolongnya ketika orang-orang kafir mengusirnya bersama sahabatnya. Ketika keduanya berada di dalam gua itu, dia (Rasulullah) berkata kepada sahabatnya (Abu Bakar), janganlah engkau berduka cita karena Allah bersama kita,“ demikian terjemahan ayat ini.

Jabal Rahmah
Selanjutnya, kami dibawa ke Jabal Rahmah. Lokasi ini melewati Padang Arafah, tempat jamaah haji berwukuf setiap tahun pada 9 Zulhijah. Maka tak heran di Padang Arafah ini dipenuhi tenda-tenda, meski bukan musim haji.

Raja Harahap mengatakan Jabal Rahmah, termasuk salah satu tempat mustajabah doa, selain di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Madinah. Namun, tak ada doa khusus yang harus dibaca di atas bukit bebatuan setinggi 70 meter ini.

Begitu pun, sepertinya orang-orang, terutama jamaah Indonesia mengidentikkan bukit ini sebagai tempat dikabulkannya doa tentang jodoh. Hal ini tak lepas dari sejarah Jabal Rahmah sebagai tempat Allah mempertemukan kembali Nabi Adam dan Hawa setelah 103 tahun terusir dari surga karena pelanggaran keduanya memakan kuldi, buah larangan.

Setelah bertemu, keduanya pun kembali berumah tangga, sehingga memperoleh beberapa anak kembar siam (laki dan perempuan). Kemudian para keturunan itu dinikahkan secara bersilang. Hal ini menjadi cikal bakal pernikahan manusia hingga memperoleh keturunan.

Nah, selama ini entah siapa yang memulai, di atas bukit ini dipenuhi coretan umumnya nama-nama orang Indonesia, seperti Syamsul, Ananda, Azhari, dan Mayang Sari. Penulis nama-nama itu atau yang bersangkutan sendiri seakan berharap dijodohkan dengan nama yang sudah ditulis di batu gunung tersebut, sehingga menjadi pasangan sehidup semati layaknya Nabi Adam dan Hawa.

Coretan nama-nama ini pun menarik perhatian wisatawan berbagai negara lain. Di puncak yang sudah menjadi destinasi wisata ini, juga sudah dibangun tugu yang diyakini sebagai tempat pertemuan Adam dan Hawa. Nabi Adam adalah manusia pertama yang disebut-sebut awalnya ditempatkan Allah di kawasan India. Sedangkan Siti Hawa di kawasan Irak.

Kisah Ibrahim
Seusai dari Jabal Rahmah, kami pulang melewati Muzdalifah dan Mina. Muzdalifah, yakni tempat pengambilan batu oleh jamaah haji untuk melempar jumrah di Mina.

Di tengah perjalanan, Raja Harahap juga menunjukkan sebuah tempat Nabi Ibrahim menjalankan perintah Allah Swt menyembelih anaknya Ismail yang kemudian digantikan dengan seekor kibas oleh Sang Pencipta. Kisah itu yang menjadi latar belakang sejarah penyembelihan hewan kurban pada setiap Iduladha.

Sebelumnya, tentu kisah Rasulullah Ibrahim lainnya adalah di Masjidil Haram. Di lokasi ini, dulunya Nabi Ibrahim harus mengikuti perintah Allah untuk meninggalkan istrinya, Siti Hajar dan anaknya, Ismail yang masih bayi.

Saat ditinggalkan itu pula, Ismail menangis kehausan, sehingga di tengah Padang Pasir itu, Siti Hajar melihat seperti ada air di Bukit Safa, namun saat ia tiba berlari ke bukit itu, airnya tak ada dan justru terlihat di Bukit Marwa. Saat berlari dan tiba di Bukit Marwa, di mata Hajar, air seperti ada di Bukit Safa lagi, sehingga begitulah seterusnya sehingga sampai tujuh kali ia berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Marwa untuk mencari air.

Namun, akhirnya air justru keluar di bawah kaki Ismail. Melihat air ini, Siti Hajar sangat senang, sambil mengatakan „zamzam“ yang artinya berkumpul-kumpul, sekaligus ia membatasi air itu dengan pasir agar tak mengalir ke mana-mana.

Begitulah sejarah air zamzam yang masih ada hingga kini. Sedangkan peristiwa Siti Hajar berlari-lari kecil mencari air hingga tujuh kali itu, juga diwajibkan Allah kepada jamaah dalam rukun haji dan umrah berupa sai antara Bukit Safa dan Marwa. (*)

Berita Terkini