Hari Ini 20 Tahun Lalu, Tragedi Peudada Merenggut Nyawa Dokter, dari Sini RSUD dr. Fauziah Bermula

Penulis: Zainal Arifin M Nur
Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase kliping koran Serambi Indonesia edisi 26 Mei 1999 yang menurunkan laporan tentang peristiwa kontak senjata di Peudada, Kabupaten Bireuen.

Setelah lulus, Fauziah langsung dipercayakan sebagai Kepala Puskesmas Kecamatan Peudada, Bireuen, tempat dimana orangtuanya berasal, dengan status Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT).

Semestinya, ia akan mengakhiri status PTT itu pada 1 Agustut 1999.

Namun, takdir lebih dulu mengakhiri hidupnya pada 23 Mei 1999 sebagai pejuang kemanusiaan.

Di kalangan paramedis, ia dikenal apa adanya dan berbicara seperlunya.

Baca: Janda Korban Konflik Terharu, Rumahnya Dikunjungi Bupati Rocky saat Sahur

Foto repro Harian Serambi Indonesia yang memperlihatkan papan nama di depan tempat praktek sekaligus rumah dinas dr Fauziah. (Dok. Institut Peradaban Aceh)

Pada pagi naas itu, ia terlihat riang dan sedikit berbeda dari biasanya saat dia mendapat panggilan tugas untuk melakukan visum et repertum pada dua jenazah korban penembakan misterius (Petrus) di Alue Kuta, Kecamatan Peudada, Bireuen.

Baginya, kerja melayani kemanusiaan adalah segalanya.

Terbukti, walaupun dalam keadaan hamil dengan usia jabang bayi 3 bulan tidak menjadi penghalang untuk melaksanakan tugas.

Padahal, itu kehamilan pertamanya setelah ia menikah dengan Drs. Yahya Yusuf pada 6 Februari 1999.

Ia tetap berangkat, ditemani 3 orang perawat dan 1 orang bidan.

Kala itu, beberapa dokter menyesalkan karena rombongan dr. Fauziah tidak dibolehkan memakai mobil ambulans dinas menuju ke lokasi.

Ia "dipaksa" menaiki truk militer Pasukan Penindak Rusuh Massal (PPRM).

Baca: SBY Buka Rahasia Akhiri Konflik Aceh, Begini Kisahnya Menelepon Panglima GAM hingga Tsunami Datang

Baca: SBY: Berdosa Kita Kalau Usai Konflik Aceh tak Sejahtera

Hal ini, memberikan kesan bahwa militer saat itu menjadikan paramedis sebagai tameng.

Dalam perjalanan, truk militer PPRM mogok ditanjakan Alue Kuta.

Dalam kondisi itu, kelompok bersenjata yang disinyalir anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berjumlah 20 orang menyerang mereka dari semak belukar sehingga mengakibatkan Serka Hendrik (TNI), Bharada Dominggus (Brimob), dr Fauziah (Dokter) dan Mustafa (Perawat) meninggal dunia.

Belasan lainnya luka-luka.

Kolase foto kliping koran Serambi Indonesia edisi 26 Mei 1999 yang memuat daftar nama korban dan foto dr Fauziah, paramedis yang meninggal dalam insiden kontak tembak di di Alue Kuta, Kecamatan Peudada, Bireuen, Aceh. (Dok. Institut Peradaban Aceh)

Baca: Penulis Siti Rahmah Rekam Kisah Konflik Aceh dalam Jejak Setapak di Tanah Rencong

Halaman
123

Berita Terkini