Dalam catatan konflik Aceh khususnya medio 1998-1999, dr. Fauziah dan Mustafa adalah paramedis pertama yang meninggal dalam melaksanakan tugas kemanusiaan.
Insiden ini dikenal dengan Tragedi Peudada.
Dunia kesehatan berkabung.
Banyak pihak berduka, khususnya Korp Kedokteran dan Keperawatan Provinsi Aceh.
40 unit Ambulans berpalang biru dari berbagai Puskesmas di Aceh mengiringi kepergian Fauziah dan Mustafa.
Almarhumah dr. Fauziah dan jabang bayinya dimakamkan disamping pusara orangtuanya (HM. Daud Ismail) di Desa Bugak.
Sedangkan Mustafa disemayamkan di Desa Pulo, Kecamatan Peudada, Bireuen.
Baca: Inspirasi Semasa Meliput Konflik Aceh, Mantan Wartawati Ini Luncurkan Novel Siti Kewe
Baca: KKR dan Harapan Korban Konflik Aceh
Sebagai penghargaan, saat itu Dinas Kesehatan Aceh menabalkan RSUD Bireuen dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah, hingga sekarang.
Sudah selayaknya, Pemerintah Aceh menjadikan 25 Mei sebagai Hari Kesehatan Daerah Provinsi Aceh.
Dan, sepatutnya Korp Kesehatan-Keperawatan Aceh serta Pemerintah Bireuen hari ini mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati sebuah nama penuh jejak bertapak yang menjadi simbol manusia untuk kemanusiaan. Al Fatihah.
Baca: Jaringan Aneuk Syuhada Aceh Klaim Hanya Malik Mahmud yang Peduli pada Anak Korban Konflik Aceh
Baca: Presiden Turki Pelajari Perdamaian Konflik Aceh
Sebait Doa untuk para korban Tragedi Peudada
Salam Damai & Kemanusian,
Haekal Afifa | Ketua Institut Peradaban Aceh