Mau Tiket Khusus untuk Masuk Surga? Lakukan Ini di Bulan Ramadhan
Oleh: Tgk. Bustamam Usman, SHI, MA*)
Diceritakan dalam sebuah kisah, nanti pada hari kiamat, ada kelompok yang masuk surga tanpa diketahui oleh siapapun, termasuk malaikat penjaga surga itu sendiri.
Mereka diberikan sayap di tubuhnya, dan dalam sekejap sudah berada di dinding surga.
Hal ini membuat malaikat penjaga surga heran dan bertanya “Wahai hamba
Allah, kalian ini dari golongan mana, dan umat Nabi mana? Apa amalan kalian sehingga tiba-tiba sudah berada di sini? mereka menjawab kami semua golongan manusia, ummat Nabi Muhammad SAW dan amalan kami berpuasa secara sirriyah di dunia sehingga kami dibalas oleh Allah secara sirriyah juga di akhirat.”
Kisah ini termaktub dalam Kitab Durratun Nashihin (Mutiara para juru nasihat) karya Syekh Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Khaubawi, ulama Turki yang hidup pada abad ke-18.
Kisah orang-orang yang akan masuk Surga dengan tiket khusus karena amalannya pada bulan Ramadhan, juga diriwayatkan dalam hadits Bukhari dan Muslim.
Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa orang-orang yang berpuasa (dengan sebenar-benar puasa) akan memasuki Surga melalui pintu khusus yang disebut “Ar-Rayyan”.
Berikut bunyi haditsnya.
“Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut ‘ar rayyan’. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang berpuasa.” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya” (HR. Bukhari no. 1896 dan Muslim no. 1152).
Baca: Tiga Nelayan Aceh Sudah Dua Bulan Menghilang, Anggota DPRA Minta Dinsos dan Baitul Mal Turun Tangan
Lalu bagaimana caranya agar kita bisa masuk ke dalam golongan ummat tersebut?
Salah satunya adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya pertemuan kita dengan bulan Ramadhan 1140 H ini.
Kenapa harus bulan Ramadhan? Simak penjelasan berikut ini.
Ramadhan Syahrul Tazkiyah dan Tarbiyah
Ramadhan merupakan tamu Allah yang sangat istimewa disediakan untuk ummat Rasulullah Muhammad SAW.
Semoga Ramadhan tahun ini kita semua benar-benar dapat mentazkiyah (penyucian) diri dan mentarbiyahkan (pendidikan) diri.
Tazkiyah dan tarbiyah terdiri dari dua kosakata yang saling berintegrasi dan saling menglengkapi.
Dalam arti yang luas, tazkiyah meliputi tiga elemen yakni, tazkiyah qalbiyah (hati), tazkiyah qauliyah (perkataan), dan tazkiyah fi’liyah (perbuatan).
Ketika seseorang telah mampu bertazkiyah dalam arti yang luas itu, maka dia sudah memperoleh satu keberhasilan dari ruh puasa.
Karena ibadah puasa itu sangat ditekankan dalam hal tazkiyah, sehingga akan mendapati manis di dalamnya.
Tetapi ketika tazkiyah itu gagal, mulai dari qalbi (hati), berimbas ke qauli (ucapan), dan berefek ke fi’li (perbuatan), maka ini merupakan sebuah awal dari kegagalan faham terhadap ibadah selanjutnya.
Apalagi kita koneksikan dengan ibadah puasa, yang sarat dengan nilai ilahiyah di dalamnya.
Ketika hati itu sudah beres dan mampu menempatkan puasa sebagai panggilan iman dan Ilahi, maka akan terbentuk karakter-karakter hamba-hamba Allah yang mukhlisinalahuddiin.
Baca: Tiga Film Asghar Farhadi Untuk Ditonton dalam Bulan Ramadhan
Menjalani ibadah puasa tidak akan terasa terbebani, karena sudah terkoneksinya pada niat awal menunaikannya semata-mata mengharap ridha Ilahi.
Akan tetapi sebaliknya, ketika faktor qalbiyahnya bermasalah, artinya menunaikan ibadah puasa itu bukan panggilan iman dan ikhlas semata karena allah, maka akan gagal faham yang fatal, sehingga berdampak pada banyak hal selanjutnya.
Baca: Anak-anak, Puasa, dan Kebahagiaan
Baca: Kapan Lailatul Qadar? Begini Hadis Rasulullah, Ciri-ciri, dan Cara Mengetahuinya Menurut Ulama
Perbanyak Bersyukur
Kehidupan manusia selalu menginginkan kebahagian yang hakiki yakni (dunia dan akhirat).
Akan tetapi kebanyakan kita tidak mampu menjelmakan bahagia hakiki itu secara baik dan sempurna.
Alasannya karena faktor qalbi (hati) yang terkoneksi pada niat dan qasad, tidak mampu diarahkan semata-mata meraih karunia Ilahi.
Coba lihat kehidupan orang lain, katakanlah penyandang disabilitas, kehidupan mereka yang serba kekurangan dan keterbatasan.
Mereka menjalani kehidupan dengan penuh semangat, bahkan mereka mampu menciptakan bingkai rumah tangganya yang sakinah mawwaddah warahmah.
Padahal kebanyakan manusia berasumsi sakinah mawaddah warahmah sebuah rumah tangga itu bisa diraih disebabkan faktor kecukupan, baik di segi fisiknya, ekonominya, serta pekerjaan dan jabatannya.
Ironisnya, banyak orang yang serba berkucupan itu tidak mampu membentuk bingkai rumah tangganya, menggapai sakinah mawaddah waramah.
Hal ini disebabkan oleh faktor awal tadi, yaitu gagal faham dalam substansinya berkeluarga.
Baca: Benarkah Tidur Siang di Bulan Ramadhan Jadi Ibadah? Berikut Penjelasannya
Tarbiyah
Nah, ketika faktor tazkiyah sudah beres, maka ibadah puasa itu akan nampak hasilnya dalam langkah berikutnya yakni tarbiyah.
Ibadah puasa yang sarat dengan amalan dan pendidikan di dalamnya akan membentuk karakter hamba-hamba Allah yang muttaqien.
Sebagaimana firman Allah dalam Quran Surat Albaqarah ayat 185.
“Wahai orang-orang yang beriman, kuwajibkan berpuasa untukmu sebagaimana yang telah kuwajibkan kepada ummat-ummat sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang taqwa.”
Berbicara taqwa para jumhur ulama, mengarisbawahi bahwa taqwa itu terdiri dari 4 huruf hijaiyah (ta, qaf, wau, dan ya).
Ta simbol dari sifat tawadhu’ (merendahkan diri). Dalam arti yang luas kita merasa hakir dan fakir dalam sifat kehambaan diri kepada Sang Pencipta, sehingga hamba itu akan terhindar sifat sombong dan angkuh.
Selanjutnya qaf simbol dari qanaah. Dalam arti yang luas merasa berkucupan dalam setiap kebutuhan dan keperluan, menikmati yang sudah ada dan bersabar ketika tiada, sehingga hamba itu akan merasa kedamaian bathin yang sebenarnya kepada Sang Pencipta.
Selanjutnya wau artinya wara’ (terpelihara dan terhindar) dari segala yang dapat menimbulkan murka Allah.
Baca: Diundang Erdogan Ke Turki, Takdir Feriza Haflah Alquran di Perbatasan Bulgaria dan Yunani
Baca: Bolehkah Salat Idul Fitri Sendirian? Berikut Pendapat Ahli Fikih
Sehingga hamba itu berupaya mengintegrasikan semua yang dia pakai, mulai makanan, pakaian, perkataan, dan perbuatannya dalam mendatangkan kasih sayangnya.
Yang terakhir ya simbol yaqin, dimana ibadah puasa itu membentuk karakter hamba-hamba yang penuh kenyakinan militan, bahwa anjuran berpuasa itu Ramadhan itu sendiri mempunyai kelebihan yang tersendiri dibandingkan dengan ibadah lainya.
Puasa ini bagian dari ibadah sirriyah, berbeda dengan ibadah lain yang berbentuk zahiriyah, sehingga yang bener-bener tahu hanya hamba dengan Allah.
Begitu juga balasannya, yang tahu hanya Allah dan hamba yang bersangkutan.
Sehingga diceritakan dalam seubah kisah, nanti pada hari kiamat, ada kelompok yang masuk surga tanpa diketahui oleh siapapun, termasuk malaikat penjaga surga itu sendiri. Mereka diberikan sayap di tubuhnya dalam sekejap sudah berada di dinding surga.
Hal ini membuat malaikat penjaga surga heran dan bertanya “Wahai hamba Allah, kalian ini dari golongan mana, dan umat Nabi mana? Apa amalan kalian sehingga tiba-tiba sudah berada di sini? mereka menjawab kami semua golongan manusia, ummat Nabi Muhammad SAW dan amalan kami berpuasa secara sirriyah di dunia sehingga kami dibalas oleh Allah secara sirriyah juga di akhirat.”
Wallahu Muwafiq Ila Aqwamithariq
*) PENULIS adalah Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh/Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Alumni Dayah (DPP-ISAD) Aceh.