Idul Fitri 1440 H

Pengikut Abu Peuleukung di Nagan Raya Rayakan Idul Fitri, Shalat Id di Masjid Peuleukung Tadi Pagi

Penulis: Sadul Bahri
Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para jamaah dari pengikut Abu Peuleukung bersalam-salaman usai pelaksanaan Shalat Ied di Masjid Peuleukung, Desa Peuleungkung, Kecamatan Seunagan Timur, Kabupaten Nagan Raya, Senin (3/6/2019).

Selanjutnya menyantap hidangan yang sudah disediakan seperti kopi, teh, gorengan, dan makanan lainnya.

Imam Mushalla Baitul Makmur, Syafri Malin Mudo (78) menuturkan perbedaan jadwal penetapan Hari Raya Idul Fitri sudah lama terjadi.

Hal itu pun tidak ada masalah.

"Menurut saya perbedaan akan jadwal penetapan Hari Raya Idul Fitri itu sudah lama terjadi, dan itu tidak masalah," kata Imam Mushalla Baitul Makmur, Syafri Malin Mudo (78) kepada TribunPadang.com, Senin (3/6/2019).

Ditambahkan Syafri Malin Mudo, perbedaan itu hal biasa, dan itu sesuai dengan akidah masing-masing yang dipercaya.

Baca: Aksi Jambret di Langsa, Pelaku dari Aceh Tamiang, Korbannya Perempuan Muda Warga Aceh Timur

Jemaah tarekat Naqsabandiah saat saling bersalaman dan meminta maaf setelah melaksanakan shalat Idul Fitri 1440 H, Senin (3/6/2019). (TribunPadang.com/reziazwar)

"Ini sesuai dengan yang biasanya, berdasarkan kitab yang kita pakai yaitu dalam tarekad Naqsabandiah ini adalah kitab Munjib," kata Sekretaris Naqsabandiah Mushalla Baitul Ma'mur, Edizon Revindo kepada TribunPadang.com, Senin (3/6/2019).

Edizon menjelaskan Ramadan tahun 2019 adalah mulai Sabtu tanggal 4 Mei 2019.

Jemaah berpuasa selama 30 hari.

"Kami sudah berpuasa selama 30 hari. Dan, satu Syawal bertepatan pada hari Senin (3/6/2019) ini, sesuai seperti yang dikatakan dalam Kitab Munjib tersebut," katanya.

Baca: BREAKING NEWS - Rutan Benteng Sigli Terbakar, Diduga Ulah Sipir yang Mengamuk

Dituturkannya, dalam menentukan awal Ramadhan, berdasarkan penghisaban saat bulan Syakban, atau bulan sebelum Ramadhan.

Saat bulan Syakban, sudah dilihat peredaran bulan.

Kemudian ditentukan tanggal 15 Syakban atau Nisfu Sya'ban.

Setelah itu dihitung lagi akhir Sya'ban yang biasanya memiliki bilangan 29 hari.

Selain sistem hisab, lanjut Edizon, penentuan awal Ramadhan ini juga menggunakan sistem melihat bulan.

"Jadi, kita tetapkan 15 Sya'ban, yang kita sebut dengan Nisfu Sya'ban. Dan, yang kita hitung saja lagi, bahwa Syakban itu 29 hari.

Kalau bulan tidak kelihatan pada 29 hari itu, maka kita sempurnakan bulan Syakban itu 30 hari, dan satu Ramadannya jatuh pada hari esoknya.

Kita juga menggunakan sistem melihat bulan. Di samping kita hisab, kita juga melihat bulan. Tapi melihat bulan dengan mata telanjang," ujarnya.(*)

Berita Terkini