Laporan Jamaluddin | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Universitas Negeri Manado (Unima) Sulawesi Utara (Sulut) adalah salah satu kafilah peserta Musabaqah Tilawatil Quran Mahasiswa Nasional (MTQMN) Ke-16 di Kampus Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
Kafilah ini tergolong unik, karena rombongan mereka bukan hanya berisi orang-orang muslim. Tapi, turut hadir pula pejabat universitas yang nonmuslim.
Kondisi ini bukan tanpa alasan. Mengingat, di kampus tersebut, jumlah mahasiswa muslim adalah minoritas.
Baca: Viral Video Pria Mati Hidup Lagi Saat Dibawa Ambulans, Kabarnya Kini Diperiksa Polisi
Karena itu, pada MTQMN kali ini Unima hanya mengirim sembilan peserta.
Mereka akan tampil pada lomba cabang tilawah, tartil, debat bahasa Inggris, dan khattil Quran.
Meski jumlahnya sedikit tapi tak membuat mereka berkecil hati.
Mahasiswa Unima justru bersyukur karena kafilah mereka mendapat dukungan penuh dari pimpinan universitas, sekalipun mereka adalah nonmuslim.
Ada tiga pejabat Unima yang nonmuslim yang hadir bersama kafilah ini.
Baca: Ingin Menyaksikan MTQMN di Unsyiah, Ini Lokasi Acara dan Jadwal Lengkapnya
Mereka adalah Pembantu Dekan III FMIPA, Prof Herry Sumampouw.
Pembantu Dekan III Fakultas Bahasa dan Seni, Drs Arie Tulus MPd.
Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr Mesty Rindengan MPd.
Informasi itu terungkap saat anggota Tim Humas MTQMN Unsyiah, Ibnu Syahri Ramadhan, berdialog dengan Prof Herry Sumampouw, seusai seminar dan sarasehan MTQMN Ke-16 di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh, Senin (29/7/2019) siang.
Hasil percakapan itu disampaikan kembali oleh Koordinator Humas dan Publikasi MTQMN 2019, Dr Zulkarnain Jalil MSi, kepada Serambinews.com, Senin (29/7/2019) malam sekitar pukul 20.30 WIB.
Baca: Tersangka Korupsi Ternak di Lhokseumawe Praperadilankan Polisi, Ini Putusan Hakim
Prof Herry mengaku ini adalah kali pertama mereka datang ke Aceh.
Untuk itu, mereka sangat menghormati nilai-nilai kearifan masyarakat Aceh.
Prof Herry mengatakan, meski mereka nonmuslim namun tetap semangat untuk memotivasi mahasiswanya agar tampil maksimal pada MTQMN tahun ini.
Ia juga bercerita bagaimana kampusnya benar-benar serius untuk mengikutsertakan mahasiswanya pada even tingkat nasional dua tahunan ini.
Buktinya, mahasiswa yang dibawa MTQMN itu merupakan yang terbaik dari hasil seleksi ketat yang dimulai di tingkat fakultas.
“Jadi. yang tampil di sini benar-benar mahasiswa kami yang terpilih,” ungkap Prof Herry.
Baca: Tanggapi Pantai Mantak Tari Ditutup, Dewan Desak Pemkab Pidie Usulkan Raqan Wisata
Jika mengacu pada jumlah anggota kafilah, sambung Prof Herry, pihaknya sadar jika kafilah Unima Sulut tidak akan mungkin tampil sebagai juara umum.
Karena itu, tambahnya, mereka datang dengan semangat yang lebih istimewa yaitu menyambung tali persaudaraan dengan kafilah lain.
“Kami datang jauh dari Manado untuk menyebarkan semangat silaturahmi,” ucap Prof Herry penuh semangat.
Sementara Ketua Kafilah Unima, Dr Mardan Umar MPd yang merupakan satu-satunya pejabat Unima yang muslim dalam kafilah itu menyebutkan, jumlah mahasiswa muslim di universitas itu hanya sekitar 1.000 orang dari total 20.000 mahasiswa.
Baca: Tarian Kolosal Pikat Massa, Pembukaan MTQMN di Unsyiah Meriah
Namun, menurutnya, semangat toleransi antaragama di kampus itu terjalin dengan begitu kuat.
Dalam interaksi sosial sehari-hari, mahasiswa dan keluarga besar Unima juga tidak terlalu mempermasalahkan latar belakang agamanya.
Dukungan penuh rektorat terhadap kafilah Unima Sulut, tambah Mardan, sebenarnya adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai toleransi terjalin baik di kampus tersebut.
Mahasiswa benar-benar didorong untuk beprestasi dan tak peduli latar belakang agamanya.
“Atas nama pendidikan, kampus akan selalu support,” pungkas Mardan Umar.(*)
Baca: Cerita Kafilah Universitas Borneo Tarakan Menuju MTQMN di Unsyiah, Butuh Dua Hari untuk Tiba di Aceh