Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Siang itu Abdul Razak berpeci putih mengajak Serambinews.com duduk di kursi kayu yang mengelilingi meja bundar di bagian depan rumah kayu bercat putih.
Ia merupakan keturunan ketiga dari Datuk Abdurauf, raja Singkil.
Rumah kayu itu terlihat menyolok dari bangunan lain di Desa Pasar, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil.
Kendati berkontruksi kayu dan berumur 115 tahun, yang oleh warga setempat disebut Rumah Gadang tetap berdiri kokoh.
Di Aceh Singkil, model rumah yang memiliki halaman luas itu, hanya ada satu-satunya.
Baca: Persiraja Bobol 0-1 Lawan Babel United di Babak Pertama, Kedua Tim Saling Menyerang
Baca: Terjadi Lima Suspect DBD, Dinas Kesehatan Aceh Tamiang Bersihkan 15 Kampung
Baca: Polres Bireuen Amankan Puluhan Kayu di Pinto Rimba, Ini Dugaannya
Rumah didirikan 1904 pascaluluh lantaknya Singkil Lama, di sekitar Kayu Menang, Kuala Baru.
Rumah yang tetap bertahan dari guncangan gempa tsunami Aceh-Nias 28 Maret 2005 menjadi cikal bakal lahirnya Singkil Baru, yang dikenal saat ini.
Alkisah sekitar tahun 1900-an Datuk Abdurauf, berangkat ke Desa Pasar sekarang, mencari lokasi yang cocok didirikan pemukiman.
Setelah menemukan lokasi pada 1903 mulailah merancang dan didirikanlah rumah tempat tinggal sang Datuk bersama keluarga setahun kemudian.
"Rumah ini didirikan Datuk Abdurauf 1904, jadi usianya sudah 115 tahun," kata Abdul Razak, Kamis (1/8/2019).
Berikutnya diikuti penduduk lain, mendirikan masjid Baiturrahin. Kemudian tahun 1908 Belanda mendirikan kantor Pos tangsi militer di sekitar kantor Koramil Singkil saat ini.
Rumah itu jadilah cikal bakal Singkil Baru, yang ada saat ini.
Kembali ke rumah sang raja, sejak berdiri motif dan warna cat rumah tidak berubah.
Memang pernah direnovasi, namun hanya bagian kecil saja.
Sebab kayu kapur sebagai bahan kontruksi rumah tak lekang dimakan jaman.