Feature

Melihat Rumah Gadang Berusia 115 Tahun Milik Abdul Razak, Saksi Bisu Sejarah Berdirinya Singkil Baru

Penulis: Dede Rosadi
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abdul Razak menunjukan lampu peninggalan Datuk Abdurrauf raja Singkil, Kamis (1/8/2019)

Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Siang itu Abdul Razak berpeci putih mengajak Serambinews.com duduk di kursi kayu yang mengelilingi meja bundar di bagian depan rumah kayu bercat putih.

Ia merupakan keturunan ketiga dari Datuk Abdurauf, raja Singkil.

Rumah kayu itu terlihat menyolok dari bangunan lain di Desa Pasar, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil.

Kendati berkontruksi kayu dan berumur 115 tahun, yang oleh warga setempat disebut Rumah Gadang tetap berdiri kokoh.

Di Aceh Singkil, model rumah yang memiliki halaman luas itu, hanya ada satu-satunya.

Baca: Persiraja Bobol 0-1 Lawan Babel United di Babak Pertama, Kedua Tim Saling Menyerang

Baca: Terjadi Lima Suspect DBD, Dinas Kesehatan Aceh Tamiang Bersihkan 15 Kampung

Baca: Polres Bireuen Amankan Puluhan Kayu di Pinto Rimba, Ini Dugaannya

Rumah didirikan 1904 pascaluluh lantaknya Singkil Lama, di sekitar Kayu Menang, Kuala Baru.

Rumah yang tetap bertahan dari guncangan gempa tsunami Aceh-Nias 28 Maret 2005 menjadi cikal bakal lahirnya Singkil Baru, yang dikenal saat ini.

Alkisah sekitar tahun 1900-an Datuk Abdurauf, berangkat ke Desa Pasar sekarang, mencari lokasi yang cocok didirikan pemukiman.

Rumah Gadang di Desa Pasar, Singkil, Aceh Singkil, yang didirikan tahun 1904 (SERAMBINEWS.COM/DEDE ROSADI)

Setelah menemukan lokasi pada 1903 mulailah merancang dan didirikanlah rumah tempat tinggal sang Datuk bersama keluarga setahun kemudian.

"Rumah ini didirikan Datuk Abdurauf 1904, jadi usianya sudah 115 tahun," kata Abdul Razak, Kamis (1/8/2019).

Berikutnya diikuti penduduk lain, mendirikan masjid Baiturrahin. Kemudian tahun 1908 Belanda mendirikan kantor Pos tangsi militer di sekitar kantor Koramil Singkil saat ini.

Rumah itu jadilah cikal bakal Singkil Baru, yang ada saat ini.

Kembali ke rumah sang raja, sejak berdiri motif dan warna cat rumah tidak berubah.

Memang pernah direnovasi, namun hanya bagian kecil saja.

Sebab kayu kapur sebagai bahan kontruksi rumah tak lekang dimakan jaman.

Hari itu, Serambinews.com yang datang bersama Satiman, Kasi Pemasaran Dinas Pariwisata Aceh Singkil dan seorang stafnya Andang, boleh jadi paling beruntung.

Maklum diperkenan masuk ke kamar melihat barang peninggalan Datuk Abdurrauf yang sejak 1920 posisinya diganti anaknya Abdul Murat.

Konon tidak sembarangan orang bisa masuk ke kamar khusus tersebut.

Di kamar terlihat tongkat, kursi, lukisan perempuan yang dibingkainya tertera abad ke-18.

Kemudian guci, cangkir dan uang kuno.

Bergeser ke lemari kayu, tuan rumah cukup kesulitan membuka kunci.

Maklum kunci dibuat zaman Belanda yang telah berwarna hitam. Setelah usaha keras, terlihatlah lampu terbuat dari kuningan serta barang bersejarah lainnya.

Angku (kakek) Abdul Razak, saya diperkanankan memanggilnya, mencoba menunjukan cara pasang lampu unik itu.

"Yang tertinggal hanya sedikit, karena barang peninggalan, saat ada pasar malam masuk Jepang, ditinggal lari berhamburan," ujarnya.

"Saat Jepang datang, barang-barang milik Datuk Abdurrauf, dikumpul ke Pendopo kantor Belanda di Koramil Singkil. Datang kapal Belanda, dibawalah ke Belanda," jelas Angku Abdul Razak yang kini berusia 71 tahun.

Di rumah Gadang, Abdul Razak yang merupakan anak bungsu Abdul Murat, tinggal berempat bersama istri, anak dan cucunya.

"Anak ayah saya (Abdul Murat) ada 14 yang masih hidup saya dan kakak nomor delapan Siti Hanifah Saribani. Kak Hanifah tinggal di Jakarta," ujar Abdul Razak.

Semoga Rumah Gadang dan benda antik di Abdul Razak tetap menjadi saksi sejarah lahirnya Singkil Baru, yang kini menjadi Kabupaten Aceh Singkil.(*)

Berita Terkini