Bahkan, warung kopi Cut Zein ini adalah satu dari hanya sedikit kedai kopi Aceh yang memiliki komunitas khusus.
Namanya Forum Silaturahmi Kopi Beurawe atau disingkat Forsilakubra.
Anggotanya terdiri atas berbagai kalangan, mulai dari pejabat, anggota dewan, pengusaha, hingga mahasiswa.
Dengan komunitas yang kuat, kedai kopi Cut Zein tak perlu harus memaksakan diri membuka 24 jam.
Warung kopi ini buka hanya 12 jam sehari, mulai pukul 06.00 pagi hingga pukul 18.00 sore.
Pelanggannya pun berganti-ganti sesuai jadwal.
Pagi didominasi oleh para jamaah shalat Subuh dan orang-orang kantoran.
Sementara siang hingga sore dikunjungi para mahasiswa, pengusaha, hingga anggota dewan.
Sebagai tambahan, selain warkop Cut Zein, beberapa warung kopi moderen di Banda Aceh yang tidak memasang TV dan Wifi adalah Warkop Solong di Uleekareng, Dekmi di Rukoh, dan beberapa lainnya.
Apa rahasianya sehingga warkop Zut Zein tetap ramai, meski tanpa tivi dan wifi?
“Menurut saya, cita rasa kopi Beurawe ini sangat khas. Jadi orang-orang yang datang ke sini memang benar-benar menikmati kopi, bukan karena ingin menikmati fasilitas lainnya,” ujar Asrizal H Asnawi, anggota DPRA yang ditemui Serambinews.com, di warkop ini, Kamis (16/8/2019).
Ia juga mengapresiasi kebijakan warkop Cut Zein ini yang hanya buka sampai pukul 18.00 WIB.
Padahal, kebanyakan warkop di Banda Aceh buka hingga dinihari, bahkan ada yang 24 jam.
“Mungkin pemilik warkop Cut Zein mengikuti anjuran dokter, bahwa terakhir mengonsumsi kafein adalah pukul 17-18 sore. Agar tidak mengganggu waktu istirahat malam,” ujarnya.
“Tapi yang saya rasakan, kalau minum kopi Cut Zein ini benar-benar menghilangkan rasa kantuk, beda dengan kopi di warkop lainnya,” imbuh Asrizal.
Baca: Setelah Lhokseumawe, Wali Kota Banda Aceh Juga akan Surati Telkom, Minta PUBG Diblokir
Baca: Wali Kota Minta Telkom Blokir PUBG, Ini Tanggapan MPU Lhokseumawe