Lokasi lahan berada di pertengahan bukit.
Di sana, lahan seluas 200 hektare terhampar, berada di atas bukit.
Sebanyak 100 eks GAM Pidie Jaya sudah berhak atas lahan itu, masing-masing dua hektare.
Lahan tersebut masih kosong, ditumbuhi semak-semak.
Mawardi, salah satu eks GAM mengaku belum bisa memanfaatkan lahan karena hingga kini belum ada modal untuk bibit, ditambah jalan ke lokasi lahan yang terbilang sulit.
Lokasi Tgk Abdullah Syafi'i
Mawardi yang mendapat lahan dari pemerintah di momentum 14 tahun perdamaian Aceh, ternyata sangat akrab dengan lokasi lahan di pegunungan pedalaman Pidie Jaya itu.
Menurutnya, lokasi lahan itu disebut kawasan pegunungan trans, ada juga yang menyebut Buket Cot Malaysia, atau kawasan Krueng Siap.
Belasan tahun lalu, kawasan hutan dan perbukitan itu salah satu daerah yang kerap dilewati dan disinggahi Mawardi bersama gerilyawan GAM lainnya, kala masih berjuang menuntut pisah dari NKRI di bawah Panglima GAM saat itu, Tgk Abdullah Syafi’i.
“Cukup sering kami lewat kawasan ini Bang, biasanya jadi tempat kami istirahat sebentar di sini. Ini juga tempat sembunyinya Abuwa Muda dulu saat masih GAM,” kata Mawardi.
Abuwa Muda yang dimaksud Mawardi adalah Aiyub Abbas, yang kini menjabat Bupati Pidie Jaya.
Bukan hanya itu, ternyata kawasan tersebut juga masuk dalam salah satu kawasan persembunyian terakhir Panglima GAM, Tgk Abdullah Syafi'i.
Bahkan, menurut cerita Mawardi, tak jauh dari lokasi lahan itu tumbuh sebatang pohon durian yang buahnya sering dimakan oleh Tgk Lah--pangilan akrab Tgk Abdullah Syafi'i-- semasa hidupnya saat masih bergerilya di hutan belantara Pidie (dulu masih Pidie, sebelum pemekaran jadi Pidie Jaya).
Disebut sebagai salah satu kawasan persembunyian Tgk Lah, karena lokasi itu berada tak jauh dari lokasi tertembaknya Tgk Lah bersama istri Cut Fatimah dan dua pengawal setianya dalam pertempuran dengan pasukan TNI, 22 Januari 2002.
Lokasi terperangkapnya Tgk Lah disebut dengan Alue Mon, hutan belantara yang berada tak terpaut jauh dari lokasi lahan tersebut.