Feature

Melihat 200 Ha Lahan untuk Eks GAM di Pijay, tak Jauh dari Markas Persembunyian Tgk Abdullah Syafi'i

Penulis: Subur Dani
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keuchik Gampong Abah Lueng Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya dan Mawardi (eks GAM) melihat salah satu lahan masyarakat yang telah ditanami serai wangi di pegunungan pedalaman Pidie Jaya, Sabtu (31/8/2019).

"Setelah bukit ini, langsung kawasan Alue Mon. Disebut Alue Mon karena jurang menuju ke sana sangat curam, seperti mon (sumur). Dan kawasan ini termasuk salah satu kawasan persembunyian juga, pernah dilewati Tgk," kata Mawardi.

Alue Mon lokasi tertembaknya Tgk Lah, menurut Mawardi adalah kawasan hutan Cubo dan Jijiem, yang juga masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Bandar Baru.

"Kalau bukit yang kita berdiri ini, dia central di tengah, kita bilang kawasan Cubo ya juga, kawasan hutan Trienggadeng iya juga. Ini posisinya central, dan masih satu kawasan dengan lokasi persembunyian Tgk," katanya.

Saat kejadian tertembaknya Tgk Lah, Mawardi sendiri sedang berada di pinggir kampung, mereka punya tugas lain kala itu, tidak bersama Tgk Lah.

Pengawal Tgk Lah, katanya, adalah tim khusus yang dilatih untuk itu. Namun, Allah berkehendak lain, kala itu keberadaan Tgk Lah diketahui oleh musuh sehingga persembunyiannya berakhir.

Tgk Lah tertembak bersama istrinya yang sedang mengandung enam bulan dan juga para pengawalnya.

"Kalau saya ingat itu tentu sangat sedih, kami sempat tak percaya informasi tersebut saat itu. Kami tidak bersama, beberapa jam setelah itu baru kami dapat info. Kontak tembak terlama hari itu, dari pagi sampe menjelang siang baru reda. Kami semua juga mengatur strategi," kenang Mawardi.

Mawardi menceritakan, kawasan Kecamatan Bandar Baru termasuk salah satu distrik yang melahirkan banyak anggota GAM.

Bahkan di sana, GAM di bawah komando Tgk Abdullah Syafi'i sempat menggelar latihan terpusat beberapa tahap, dimulai sejak tahun 1999.

Banyak putra daerah setempat direkrut dan ditempa secara ideologi dan menjalani latihan militer agar bisa menjadi pejuang GAM untuk berjuang merebut kemerdekaan Aceh saat itu.

Anggota dari berbagai kabupaten lain juga menempa latihan militer di sana.
"Saya latihan akhir tahun 1998, di Aki Neungoh, Kecamatan Bandar Baru. Kami dididik saat itu, belajar militer, lalu baru bisa masuk bergerilya untuk berjuang," kata Mawardi.

Di kawasan Bandar Baru jelas Mawardi, ada tiga tempat yang menjadi pusat latihan GAM besar-besaran di Pidie kala itu. Pertama di Aki Neungoh, Lhokweng (Cubo), dan Lhok Panah (Gampong Abah Lueng).

"Ketiga kawasan ini jadi latihan terpusat GAM masa itu. Jadi masa itu ada tiga tahap latihan, banyak anggota dari daerah lain juga datang ke sini untuk latihan. Sesudah latihan dipeusijuek, baru boleh bergerilya," kata Mawardi.

Setelah Tgk Abdullah Syafi'i tertembak, Mawardi memilih untuk gencatan senjata.

Ia turun dari gunung lalu memilih bekerja ke Pulau Jawa.

"Hampir tiga tahun saya di Jawa, kerja dari perusahaan satu ke perusahaan yang lainnya. Setelah damai, baru saya pulang, sempat naik lagi ke atas hingga akhirnya kami turun semua untuk pemotongan senjata, mengakhiri perang," demikian Mawardi.(*)

Berita Terkini