Petani Mulai Mengeluhkan Program Replanting, Areal Tanam Kembali Semak
Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Petani sawit yang ikut program replanting mulai mengeluh dengan kualitas tahapan pekerjaan peremajaan tanaman ini.
Sejak program replanting sawit dilaunching Kadis Pertanian dan perkebunan Aceh, Hanan di Kampung Jamborambong, Kecamatan Bandarpusaka, Aceh Tamiang pada 6 Agustus lalu, petani menilai progres pekerjaan sangat lamban.
Sejauh ini masih banyak petani mengaku belum menerima bibit. Akibatnya areal yang sudah dibersihkan dan siap tanam sudah ditumbuhi tanaman liar lagi seperti yang terjadi di Kampung Alurselalas, Karangbaru.
"Arealnya sudah semak lagi. Sampai sekarang tidak ada informasi kapan bibit dibagikan kepada petani," kata Direktur Lembaga Advokasi Hutan Lestari (LembAHtari) Sayed Zainal, Minggu (6/10/2019).
Sayed mengaku secara khusus sudah bertemu dengan petani di dua daerah replanting, Alurselalas dan Jamborambong pada bulan lalu. Dalam pertemuan itu petani menyampaikan keluhan pengerjaan replanting yang tidak informatif.
"Petani kesulitan mendapatkan akses informasi. Mereka cuma menunggu tanpa ada kepastian kapan tahapan tanam dilakukan," ujarnya.
Lima Keuchik di Ulim Sepakat Bangun Jalan di Tengah Sawah
STOP! Jangan Taruh Sayuran dalam Kantong Plastik, 3 Bahaya Ini Bakal Mengintai Tubuh Anda
Ini Karya Muhammad Taqi Usmani, Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia Kelahiran India
Di sebagian wilayah distribusi bibit sawit memang sudah dilakukan dan mulai penanaman. Namun Sayed yang mengaku sudah melihat langsung sebagian bibit itu menilai ukuran bibit terlalu kecil.
"Kita tidak tahu apakah sesuai spek atau tidak. Makanya di sini dibutuhkan informasi dari koperasi atau Dinas Pertanian," sambungnya.
Dia berharap Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) Aceh Tamiang lebih difungsikan dalam program replanting. Sejauh ini dinas hanya sebagai penilai pelaksanaan tanam, sedangkan pengadaan bibit oleh koperasi sama sekali tidak dilibatkan.
Kepala Distanbunak Aceh Tamiang Yunus ketika dikonfirmasi melalui ponsel tidak memberi jawaban jelas. "Nanti saya telepon balik," kata Yunus.
Terpisah, Datok Penghulu Jamborambong, Nekam menjelaskan dirinya kerap ditanyai kelompok petani tentang kepastian penanaman bibit sawit. Namun karena dirinya juga buta informasi, dia hanya meminta petani bersabar.
Nekam menganggap sikap petani lumrah karena menurutnya petani yang ikut program ini tidak lagi memiliki penghasilan.
"Dulu katanya ada program Pajali (padi, jagung, kedelai) sebagai transisi pendapatan petani sampai sawit menghasilkan. Tapi kita gak tahu, program ini sama sekali tidak ada," lanjutnya.
Nekam mengaku sampai hari ini dirinya terus meredam reaksi petani yang ingin melakukan unjuk rasa di DPRK Aceh Tamiang.
"Kalau mereka maunya langsung ke dewan, demonstrasi. Tapi saya redam terus. Makanya saya berharap ada solusi, minimal kejelasan dari pihak-pihak yang berwenang," ujarnya.(*)
Marc Marquez Juara Dunia MotoGP 2019 Usai Kuasai GP Thailand, Ini Catatan Gemilangnya Musim Ini
Korban Rumah Rusak Akibat Angin Puting Beliung di Gayo Lues Terima Bantuan