Pekan Kebudayaan Nasional

Cek Midi dan Masri Yoga Beberkan Pengobatan Kuno Aceh dalam PKN di Istora Senayan Jakarta

Penulis: Fikar W Eda
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masri Yoga dan Ir Tarmizi A Hamid, keduanya narasumber ramuan kuno dari Aceh di PKN, Jakarta, Senin (7/10/2019). SERAMBINEWS.COM/FIKAR W EDA

Mahaguru Masri Yoga bahkan langsung mempraktikkan pengobatan menggunakan ramuan yang dibawanya dari Aceh. Sedangkan Cek Midi menjelaskan mengenai isi kitab.

Cek Midi dan Masri Yoga Beberkan Pengobatan Kuno Aceh dalam PKN di Istora Senayan Jakarta

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Dua ahli dari Aceh, yaitu ahli kitab kuno, Ir Tarmizi A Hamid atau lebih dikenal Cek Midi  dan ahli ramuan kuno, Mahaguru Masri Yoga memperkenalkan kekayaan resep dan pengobatan Aceh di Jakarta.

Tepatnya dalam  Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) di Istora Senayan Jakarta, Senin (7/10/2019).

PKN diselenggarakan Dirjen Kebudayaan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan, 7-13 Oktober 2019.

Menampilkan aneka kegiatan pertunjukan budaya, lomba, dan seminar dari seluruh Indonesia.

Dalam forum diskusi yang membahas tentang "resep kuno dari kitab kuno Aceh" dihadiri banyak pengunjung.

Mahaguru Masri Yoga bahkan langsung mempraktikkan pengobatan menggunakan ramuan yang dibawanya dari Aceh.

Sedangkan Cek Midi menjelaskan mengenai isi kitab.

"Pengunjung kaget, sebab resep kuno dari Aceh langsung dipraktikkan," kata Ir Tarmizi A Hamid.

Dalam sesi yang yang menarik dan diikuti sangat antusias itu, Tarmizi menjelaskan secara detail tentang ilmu pengobatan yang terangkum dalam kitab "Tajul Muluk" abad 16 sampai 19 itu.

Tajul Muluk adalah pedoman pengobatan untuk raja-raja.

Baca: Ini Petisi Masyarakat Dewantara yang Dituntut ke PT Pupuk Iskandar Muda

Baca: Muslem D Ditetapkan Sebagai Ketua DPRK Definitif, Ini Harapan Pemerintah

Baca: Jadi Pemicu Kanker, Produk Ranitidin Mulai Ditarik dari Pasaran

Tarmizi menjelaskan isi kitab, seperti nama penyakit, nama obat, nama tumbuhan, dan cara meramunya.

Mahaguru Masri Yoga langsung mempraktikkan apa-apa yang tertulis tentang pengobatan dalam naskah kuno itu. 

"Saya menceritakan isi kitab, Masri Yoga mempraktikkan isi kitab. Padahal kami tidak janjian. Apa yang saya ceritakan dalam kitab, Pak Masri langsung memperagakannya, termasuk membawa rempah dan ramuan dari Aceh," ujar Tarmizi.

Tarmizi mengatakan, kedatangan dirinya dan Masri Yoga ke Pekan Kebudayaan Nasional tidak saling mengetahui.

Keduanya baru saling mengetahui setelah dijemput oleh panitia yang sama dan diinapkan di hotel yang sama.

"Rupanya kami diundang oleh panitia yang sama, diinapkan di hotel yang sama, dan tampil dalam forum yang sama," kata Tarmizi.

Tarmizi mengaku sudah lama ingin bertemu dengan Masri Yoga yang diketahuinya menguasai resep pengobatan Aceh.

Sebaliknya Masri Yoga juga sudah lama ingin bersua dengan Tarmizi A Hamid, si ahli naskah kuno.

"Tapi ternyata baru di sini kami dipertemukan dengan cara yang sangat ajaib," kata Masri yang dibenarkan Cek Midi saat berbicara dengan Serambinews com.

Masri Yoga mengisahkan, dirinya sudah lama mendengar nama Tarmizi A Hamid.

Ia mengaku sempat menitikkan air mata saat membaca artikel sosok Tarmizi A Hamid yang harus menjual tanah warisan untuk menyelamatkan naskah-naskah kuno Aceh.

Sebaliknya Masri Yoga mengaku menolak harta warisan dari orang tuanya dan lebih memilih minta doa dan resep ramuan kuno dari ayahandanya Almarhum Teungku Razi Peraman Aman Durrahman.

"Pertimbangan saya, ramuan dan resep pengobatan akan berguna untuk masyarakat. Kalau harta warisan akan habis," kata Masri Yoga yang kini berusia 44 tahun.

Resep kuno berbahan rempah dan herbal merupakan salah satu kekayaan ilmu pengetahuan masyarakat Aceh dalam bidang pengobatan penyakit.

Masri Yoga yang mengaku baru pertama sekali tampil sebagai pembicara dalam forum seperti itu, mengatakan keahliannya mengolah resep kuno dia peroleh dari ayahandanya Almarhum Teungku Razi Peraman Aman Durrahman. 

Almarhum dimakamkan di Kampung Uring, Aceh Tengah.

"Yang saya perkenalkan adalah resep Gayo kuno yang sudah berusia 300 tahun. Saya mendapatkan pengetahuan ini dari almarhum bapak," kata Masri Yogya.

Peserta seminar, Ismail Ishak yang mengaku menderita beberapa penyakit, langsung merasakan manfaat dari pengobatan kuno Aceh.

Masri Yoga memberikan "majun" sebentuk pil yang telah diramu secara tradisional. "Ismail Ishak mengaku ingin melanjutkan pengobatan menggunakan resep dari Aceh," kata Masri Yoga. (*)

Berita Terkini