Aceh Serius Perangi Stunting, Gandeng Unicef

Editor: bakri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perwakilan UNICEF Indonesia, Debora Comini, Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dan istri, Ny Dyah Erti Idawati sekaligus Ketua PKK Aceh berfoto bersama usai teken MoU mengatasi gizi buruk dan stunting pada anak di Aceh, Rabu (9/10) di Aula Rumah Dinas Wakil Gubernur Aceh, Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pemerintah Aceh menggandeng United Nations Children's Fund (Unicef) untuk mengatasi stunting dan gizi buruk pada anak di Aceh. Gizi buruk menjadi permasalahan serius yang harus segera ditangani.

Jalinan kerja sama antara Pemerintah Aceh dengan Unicef dituangkan lewat penandatangan MoU antara Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dengan Perwakilan Unicef  Indonesia, Debora Comini, di aula Rumah Dinas Wakil Gubernur Aceh, di kawasan Blangpadang, Banda Aceh, Rabu (9/10/2019).

"Pemerintah Aceh siap melakukan kerja sama dengan berbagai pihak (terkait stunting/gizi buruk), termasuk Unicef. Tentunya kami sangat antusias terhadap kerja sama ini," ujar Nova.

Unicef Bekerja Sama dengan Dinas Kesehatan Aceh Jaya Gelar Workshop Pencegahan Malnutrisi

Saat ini, kata Nova, persoalan gizi buruk dan stunting di Aceh tergolong cukup tinggi.

Sehingga butuh penanganan intensif untuk menangani persoalan tersebut.

Ia menyebutkan, berdasarkan hasil riset Kementerian Kesehatan pada 2013, angka gizi buruk anak di Aceh masuk dalam kategori cukup tinggi di Indonesia, dengan persentase 26.3 persen.

Sedangkan untuk presentase stunting di Aceh mencapai 37.9 persen.

"Artinya dua dari lima anak (di bawah usia 5 tahun) Aceh mengalami gangguan tumbuh kembang, tentunya ini akan mengancam perkembangan SDM Aceh kedepan," tambah Nova.

Ia menyebutkan, ada banyak faktor yang menyebabkan gizi buruk masih tinggi di Aceh.

Seperti, minimnya pemahaman orang tua terhadap pentingnya gizi bagi anak.

Unicef Luncurkan Pendataan Akta Kelahiran Online Berbasis Gampong

Rendahnya kepedulian pada asupan makanan dan suplemen bagi anak, serta pola hidup yang kurang sehat. 

Selain itu, kata Nova, konflik yang berkepanjangan juga turut menyumbang kondisi kekurangan gizi dan stunting generasi Aceh saat ini.

"Selama masa konflik, kata Nova, banyak hal yang terjadi sehingga membuat perkembangan Aceh dan generasinya menurun.

Maka dari itulah, butuh kerja ekstra untuk mengembalikan kondisi gizi anak-anak Aceh," tambahnya.

Dikatakan, selama ini Pemerintah Aceh sudah bergerak dalam melakukan upaya dalam melawan stunting dan gizi buruk.

Misalnya dengan menghadirkan program Rumoh gizi, kampanye peningakatn asupan ikan untuk keluarga dan anak, dan kampanye hidup sehat.

Kasus Bocah Pengemis Dirantai Bikin Miris, Unicef Temui Wali Kota Lhokseumawe, Ini yang Dibicarakan

Sementara itu, perwakilan Unicef Indonesia, Debora Comini mengatakan, sebagai salah atau badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mendukung pengentasan permasalahan malnutrisi dan stunting, sudah sepatutnya Unicef mendukung program pemerintah Aceh dalam penyelesaian permasalahan tersebut.

Ia mengatakan, saat ini Unicef sudah terintegrasi pada delapan kabupaten/kota terkait program perlindungan anak melalui program kesejahteraan sosial anak.

Bahkan Pemko Sabang meluncurkan program perlindungan sosial untuk anak secara khusus.

Ia berharap, dengan kerja sama ini dapat memperkuat kerja sama Unicef dan Pemerintah Aceh dalam perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak di Aceh kedepan.(mun)

Berita Terkini