Laporan Khalidin | Subulussalam
SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Subulussalam belum memberikan tanggapan menyangkut informasi banyaknya warga di daerah ini terjangkit penyakit hepatitis B sebagaimana diungkap dr. Risdianty Saragih, M.Sc., Sp.PD.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Subulussalam, Masyhuri SKM yang dikonfirmasi Serambinews.com, Jumat (11/10/2019) meminta waktu untuk mengambil datanya pekan depan.
Masyhuri mengaku belum dapat memberikan jawaban atau klarifikasi menyangkut informasi tingginya kasus penyakit hepatitis yang menjangkiti masyarakat Kota Sada Kata ini.
Sebab, Masyhuri belum menguasai data terkait lantaran masih berada pada stafnya yang membidangi. Selain itu, Masyhuri juga sedang memiliki agenda mendampingi tim provinsi serta persiapan raker.
“Sekarang lagi ada kegiatan jadi mohon waktu untuk saya jawab, Insha Allah Senin pekan depan saya jawab,” ujar Masyhuri.
Sebelumnya, akhir September lalu kala isu kasus hepatitis tinggi di Subulussalam Kepala Dinas Kesehatan Kota Subulussalam, Masyhuri SKM membantah.
Sebab, kata Masyhuri jika penyakit yang meningkat sudah pasti ada laporan. Ini karna evaluasi mereka lakukan setiap dua bulan sekali.
”Itu tidak benar, karena kita ada evaluasi setiap dua bulan sekali,” kata Masyhuri.
Hal senada disampaikan Irhamni, Kepala Bidang pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Subulussalam.
Menurut Irhamni, sesuai data yang mereka peroleh jumlah warga terjangkit Hepatitis B hanya delapan orang.
Data tersebut menurut Irhamni berdasarkan laporan dari RSUD Subulussalam.
Dikatakan, pihak RSUD melaporkan ke Dinas Kesehatan untukk minta vaksin serta laporan survelen.
Dalam hal ini, kata Irhamni ada petugasnya sendiri serta tahapan pemeriksaan laboratoriumnya.
Irhamni juga mengatakan upaya Dinas Kesehatan penjaringan mencari kasus di setiap puskesmas.
Dikatakan, ada kegiatannya untuk mencari kasus kasus hepatis, HIV dan spilis karna ini juga menjadi target nasional.
Menurut Irhamni, berdasarkan target nasional 2030 hars bebas kasus berbagai penyakit tersebut yakni Hepatitis, HIV dan Spilis.
• Penyakit Hepatitis B Banyak Jangkiti Warga Subulussalam, Ini Saran Dokter Spesialis
• Warga Subulussalam Banyak Terjangkit Penyakit Hepatitis B
• Cegah Penyakit Hepatitis, ASN Pemkab Aceh Tengah Periksa Kesehatan Secara Kolektif
”Jadi data hepatitis kami terima, yang udah ditanggani dan dapat imunisasi delapan kasus,” ungkap Irhamni.
Seperti diberitakan, Masyarakat Kota Subulussalam saat ini dilaporkan banyak terjangkit penyakit hepatitis B.
Meski belum ada data akurat soal jumlah pasien namun sering dijumpai adanya temuan warga yang terjangkit penyakit tersebut. Sering sekali kita temukan pasien kena virus hepatitis B,” kata dr. Risdianty Saragih, M.Sc., Sp.PD kepada Serambinews.com, Jumat (11/10/2019).
Menurut Risdianty, hepatitis merupakan kondisi peradangan hati yang umumnya disebabkan oleh virus. Hepatitis merupakan kondisi peradangan hati yang umumnya disebabkan oleh virus ini meningkat sehingga harus segera dicegah penularannya.
Jika tidak, kata dokter Risdianty, dalam beberapa tahun ke depan akan menjadi bom waktu bagi masyarakat Kota Subulussalam.
Manakala dibiarkan akan terjadi lonjakan kasus hepatitis B ini mengingat penularannya yang sangat mudah.
Risdianty yang ditanyai soal jumlah rata-rata pasien yang terjangkit hepatitis B mengatakan secara rinci belum memiliki data.
Namun, kata Risdianty, sering ada saja warga yang menjadi pasien di RSUD Subulussalam terjangkit hepatitis B.
Warga terjangkit ini baik yang sudah bergejala seperti pembengkakan perut tampak seperti orang busung lapar karena perut yang membuncit, muntah darah, maupun tanpa gejala.
Pasien tanpa gejala ini, lanjut sang dokter ahli penyakit dalam di RSUD Kota Subulussalam itu dideteksi secara tidak sengaja saat hendak operasi maupun menjalani donor darah.
Mengenai angka pasti, Risdianty tidak dapat membeberkan karena ini bukan bidang dia. Dokter tersebut hanya menyampaikan agar pemerintah segera mengambil tindakan konkrit mengingat kasus itu akan terus bertambah.
Ini saja menurut Risdianty yang sering ditemui di RSUD belum lagi bila diperiksa perkeluarga mengingat begitu mudahnya penularan virus hepatitis B.
• Anak Yatim Penderita Hepatitis di RSUZA Banda Aceh Dapat Bantuan dari Haji Uma
• Awas! Ciuman Bisa Menularkan Hepatitis
• 28 Mahasiswanya Menderita Hepatitis A, IPB Anggap Kejadian Luar Biasa
Ditambahkan, beberapa kasus pasien yang terjangkit virus hepatitis B pernah ditemukan hampir seluruh keluarganya ikut tertular dan beberapa diantaranya sudah jatuh kepada kondisi kanker hati dan pengerasan hati (sirosis hati).
Kendati demikian, Risdianty lagi-lagi mengaku tidak bisa mengatakan apakah ini sudah masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) atau tidak menurut Risdianty juga merupakan kewenangan Dinas Kesehatan.
Risdianty menyatakan betapa bahayanya penyakit Hepatitis B lantaran dapat menular liur, darah, dan kontak cairan tubuh penderita yang lainnya.
Maka itu, kondisi ini menurutnya merupakan masalah besar sehingga harus ada tindakan konkrit pemerintah. Jika hal ini dibiarkan Risdianty menilai bakal menjadi persoalan serius ke depannya.
dr. Risdianty Saragih, M.Sc., Sp.PD salah seorang dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam menyampaikan kerisauannya atas tingginya kasus warga daerah ini yang terjangkit penyakit hepatitis B.
Hal itu dikemukakan dr Risdianty kepada Serambinews.com, Jumat (11/10/2019) yang mengaku banyak menemukan pasien terjangkit hepatitis B.
Atas kasus ini, Risdianty menyarankan agar pemerintah segera mengambil tindakan konkrit.
Caranya, kata Risdianty segera dibuat tindakan dengan memperluas cakupan vaksinasi hepatitis B dan meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan virus ini dengan melakukan skrining pada pekerja yang berkaitan dengan penularan virus ini seperti.
”Karena kalau tidak ini akan menjadi masalah besar dikemudian hari,” kata Risdianty
Dia menjelaskan sesuai standar ibu hamil semua periksa hepatitis untuk mencegah penularan ke anak sebab yang paling mudah tertular antara ibu ke anak.
Penyakit hepatitis merupakan penyakit yang berbahaya karena bisa berujung pada kematian.
Pemilik Yayasan Rumah Kita ini juga mengatakan kasus hepatitis ini menjadi perhatian kita karena terapi yang dibutuhkan bila sudah terkena virus terutama virusnya aktif berkembang maka bisa minum obat minimal enam bulan bahkan seumur hidup.
Malahan lanjut Risdianty tak jarang kasus yang ditemukan sudah dalam tahap kanker hati.
”Karena perlu kita ketahui bahwa modalitas terapi untuk kanker hati di Indonesia umumnya masih sangat terbatas. Selain menghabiskan biaya yang tidak sedikit dalam pengobatan, kualitas hidup penderita juga akan sangat menurun dan pada akhirnya akan mempengaruhi keluarga secara keseluruhan. Makanya saya menyarankan agar Pemko Subulussalam marilah segera mengambil tindakan sebelum masalah ini menjadi persoalan lebih besar,” pungkas Risdianty. (*)