Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Mak Iyah Malu Minta-minta untuk Hidup

Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mak Iyah, nenek renta berusia 100 tahun asal Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat harus hidup sebatang kara di gubuk reyot di tengah kebun sayuran.

"Isin nyungkeun mah (malu kalau minta) emak mah se-dikasihnya saja," ucap dia.

Tetangga terdekat, Erah (65) menuturkan, sejak hidup menjanda dan tidak lagi bisa bekerja, kebutuhan hidup sehari-hari Mak Iyah dibantu warga.

"Ada yang ngasih Rp10.000, Rp 20.000, ada yang nasi, makanan. Pokoknya semampunya masing-masing warga saja," ucap dia.

Namun, Mak Iyah terkesan malu jika terus-terus bergantung pada pemberian tetangga, sehingga kadang memaksakan diri ingin nguli atau bekerja agar bisa mendapatkan upah.

The Guardian Sebut Jokowi di Periode Kedua Tak Bisa Diandalkan

Sidang Vonis Mursyidah, Polisi Perketat Penjagaan, Mahasiswa Sudah Berkumpul di Depan PN Lhokseumawe

"Kadang suka minta kerjaan supaya dapat upah. Tapi warga tidak tega, soalnya kan sudah tua. Jadi, mending langsung dikasih saja," ujar dia.

Kini, tak ada asa berlebih di usia senjanya, tinggal di gubuk reyot yang nyaris ambruk, Mak Iyah hanya berharap selalu diberikan keselamatan, kesehatan dan tetap bisa makan.

“Emak mah enggak mau sakit, tidak punya uang buat beli obatnya. Kalau makan alhamdulilah suka ada yang ngasih,” ucap dia.

Sebelumnya diberitakan, seorang perempuan lansia di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat hidup memprihatinkan di gubuk reyot di Kampung Pasir Baing, RT 005 RW 003 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet.

Rukiyah atau biasa dipanggil Mak Iyah tinggal sebatang kara di rumah tak layak huni dengan kondisi hampir ambruk di areal kebun sayuran.

Berharap Bantuan Pemerintah

Mak Iyah, nenek renta berusia 100 tahun asal Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat harus hidup sebatang kara di gubuk reyot di tengah kebun sayuran. (KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN)

Warga setempat, Aripin (50) berharap, pemerintah kabupaten maupun pemerintah desa mau mengulurkan bantuan atas kondisi kehidupan Mak Iyah.

Sepengetahuannya, belum ada bantuan dari program pemerintah, seperti PKH dan rastra. Untuk makan sehari-hari, Mak Iyah dibantu tetangga dan warga sekitar.

Ia berharap pemerintah mau peduli kepada warga seperti Mak Iyah yang sangat membutuhkan perbaikan rumah agar bisa hidup dengan rasa aman dan nyaman.

“Untuk makan sehari-hari selama ini dibantu warga. Kadang ada yang ngasih nasi, makanan, ada juga yang ngasih uang,” kata Aripin.

Halaman
123

Berita Terkini