Semua perkampungan nelayan seperti Uleelheu, Deah Raya, Lamteungoh, Lampuuk, Kahju, Alue Naga, dan Lampulo di Banda Aceh; Padang Seurahet di Meulaboh; Krueng Mane di Aceh Utara; Pante Raja di Pidie, tak lagi punya wujud.
Di sini tak ada bangunan yang tersisa. Semua rata dengan tanah. Para nasib pembudidaya tambak juga tak kalah memprihatinkan.
Sekitar 500 hektare tambak udang dan ikan hancur binasa. Selain tambak, fasilitas perikanan lain yang berada di berbagai pesisir Aceh juga rusak diterjang tsunami. Kerusakan di kawasan pesisir ini emang sangat menyedihkan.
Akibat dorongan ombak yang begitu kuat dan dahsyat, Kota Banda Aceh, Kota Meulaboh, Kota Calang, dipenuhi bermacam sampah, puing-puing reruntuhan, kayu, pepohonan, dan sampah material lainnya.
Dampak lain yang ditimbulkan oleh tsunami adalah terjadinya perubahan struktur bumi, yaitu naik-turunnya daratan Aceh.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh International Tsunami Survey Team di Pulau Simeulu, diperoleh fenomena naiknya daratan di pesisir barat Simeulu mencapai 1,5 m sepanjang 1 km.
Sebaliknya di Meulaboh, Calang, kawasan persawahan, kebun, dan ladang, telah berubah menjadi lautan.(*)