Kisah Saepudin, Kaki Membengkak Digigit Ular Kobra, Racun Menyebar Ke Seluruh Tubuh hingga Sakit

Editor: Faisal Zamzami
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Saepudin (48 tahun), korban gigitan ular kobra mengalami luka parah di kakinya. (KOMPAS.com/RENI SUSANTI)

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibunya menjual sawah warisan yang tidak banyak.

“Dijual sedikit demi sedikit untuk makan. Ayeunamah serangna tos seep (sekarang sawahnya sudah habis). Kadang saya yang membantu makanan ibu dan kakak saya,” ungkap lulusan SMP ini.

Kondisi itu pula yang membuat keluarganya tak membawa Saepudin ke rumah sakit.

Keluarga menunggu BPJS PBI, baru ke rumah sakit.

“Waktu itu pernah bertanya kenapa nggak dapat BPJS, mereka bilang masa keluarga PNS dapat BPJS. Padahal kan yang ditanggung Askes hanya ibu,” tuturnya.

Ketua RW 03 Kampung Sukatengah, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, , Jalaludin mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak puskesmas.

Pihaknya akan segera membawa Sepudin ke pelayanan kesehatan.

Salah penanganan

Peneliti dari Pusat Studi Komunikasi Lingkungan (Pusdikomling) Universitas Padjadjaran (Unpad), Herlina Agustin mengatakan sudah melihat luka bekas gigitan ular di kaki Saepudin.

Luka tersebut harus segera ditangani untuk menghindari pembusukan.

Seperti kasus serupa di KBB tahun 2018. Saat itu, anak kelas 4 SD digigit ular.

Karena tidak mendapatkan perawatan yang baik, luka anak tersebut busuk hingga tinggal tengkorak dan diamputasi.

“Masih banyak orang yang belum paham bagaimana cara menangani luka gigitan ular,” tutur Herlina.

Misal, masih ada yang mengikat bagian tubuh yang tergigit ular.

Padahal, cara tersebut tidak membantu penyebaran bisa ular malah memperburuk keadaan karena darah menjadi tidak mengalir.

Halaman
1234

Berita Terkini