Memang pada hakikatnya magnet dapat menarik benda-benda yang terbuat dari atau bahan magnetik seperti logam.
Sebagian besar material perakit mobil terbuat dari logam, oleh karena itu pada fenomena ‘jabal magnet’ ini dipercaya karena ada tarikan magnet bumi yang kuat.
“Akan tetapi, jika benda-benda lain seperti botol plastik juga dapat bergulir, maka dapat dipastikan bahwa fenomena ini bukan disebabkan oleh tarikan medan magnetik,” ujar peneliti tersebut.
Akan tetapi lebih kuat oleh adanya tarikan gravitasi bumi yang terjadi karena adanya perbedaan ketinggian atau daerah turunan (meskipun seolah-olah terlihat seperti tanjakan).
Akibat ilusi optik, kadang-kadang bukan hanya dapat memperlihatkan daerah turunan seperti tanjakan, tetapi pada areal yang luas juga kadang-kadang bisa terlihat batang pohon tegak yang bengkok, seperti fenomena ketika dimasukkan sebagian pensil ke dalam air dan sebagian lagi di udara di dalam akuarium.
Pensil tersebut seolah-olah kelihatan bengkok karena adanya perbedaan kerapatan yang sangat mencolok antara air dengan udara.
Untuk membuktikan benar tidaknya fenomena tersebut diakibatkan oleh pengaruh medan magnet, maka dapat dilakukan pengukuran medan magnet bumi dengan menggunakan magnetometer.
Peralatan tersebut dapat mengukur perbedaan medan magnet bumi dalam skala nanotesla terhadap variasi jarak.
Oleh karena itu, jika dilakukan pengukuran berbentuk lintasan yang memotong lokasi yang diduga sebagai ‘jabal magnet’ makan akan diketahui ada atau tidaknya perubahan yang mencolok intensitas medan magnet bumi pada kawasan tersebut dibandingkan dengan daerah sekitarnya.
Pengukuran ini dapat dilakuak secara cepat, dalam satu hari sudah dapat diketahui hasilnya.
Menurut Nazli, untuk keperluan tersebut, Laboratorium Geofisika pada Program Studi Fisika dan Program Studi Teknik Geofisika Universitas Syiah Kuala memiliki pakar dan peralatan yang handal.
Demikian juga untuk peralatan yang mampu mengukur variasi perubahan percepatan gravitas terhadap jarak, Universitas Syiah Kuala juga memiliki perlatan gravitymeter yang sangat canggih dengan skala pengukuran sampai pada satuan milliGal.
Kedua perlatan ini mampu mendeteksi perubahan medan dalam jumlah yang sangat kecil secara akurat. Selama ini peralatan tersebut digunakan untuk eksplorasi sumber daya alam dan mitigasi bencana.
Di bagian akhir penjelasannya, Nazli menyarankan fenomena ini perlu diberdayakan, supaya dapat mengangkat industri pariwisata di Aceh Besar.
“Jangan sampai mengarah ke mistis tetapi fenomena alam yang sangat langka ini mesti diberdayakan,” demikian Nazli Ismail.(*)
• Benarkah Ada Gunung Magnet di Aceh atau hanya Ilusi Gravitasi? Netizen: Kok Botol Air Juga Ketarik
• Hubungan Semakin Memanas, Indonesia Diminta Tak Negosiasi dengan China soal Natuna, Ini 4 Alasannya
• Kemenlu Diplomasi dengan China, TNI Tetap Gelar Operasi Siaga Tempur, Terjunkan 6 Kapal Perang
• Vanderlei Makin Dekat ke Persiraja