Mereka menuntut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat mengevaluasi kinerja pihak manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh, Aceh Barat.
Laporan Sa’dul Bahri | Aceh Barat
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Sejumlah mahasiswa di Aceh Barat berdemo ke tiga lokasi di Aceh Barat, Selasa (21/1/2020).
Mereka menuntut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Barat mengevaluasi kinerja pihak manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh, Aceh Barat.
Mulai soal kinerja pihak manajemen RSUD itu yang turun, sehingga kelas RSUD itu turun dari kelas B menjadi tipe.
Selain itu, menyangkut pemecatan tenaga harian lepas (THL) hingga kasus Cut Vivi (30), yakni ibu yang melahirkan di WC Ruang Tunggu di dalam ruang bersalin RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Kasus yang menghebohkan ini terjadi pada Rabu (16/1/2020) sekitar pukul 22.30 WIB malam.
• Benarkah Aceh akan Terapkan E-Tilang Berbasis CCTV di Jalan Raya? Ini Kata Dirlantas Polda Aceh
Dalam kasus ini menyebabkan bibir bayi tersebut sempat benjol.
Para mahasiswa melakukan aksi di tiga titik, yakni di Simpang Kisaran, halaman RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, dan terkahir di Kantor Bupati Aceh Barat, Jalan Gajah Mada.
Dalam aksi di tiga titik ini, para mahasiswa secara bergantian berorasi menyampaikan sejumlah tuntutan.
Para pendemo ini melumuri wajah dengan cat hitam dan putih mirip topeng, sehingga wajah mereka tak dikenali lagi.
Dalam aksi ini, mahasiswa juga melakukan teatrikal yang seakan-akan ada seorang wanita hamil tergeletak tak berdaya tidur di depan para peserta aksi.
Sementara saat sampai di halaman Kantor Bupati, mereka di sambut oleh Kabag Hukum Setdakab Aceh Barat beserta Juru Bicara Setdakab Aceh Barat, Amril Nuthihar.
Dalam aksi itu sempat terjadi sedikit perdebatan antara mahasiswa dengan Kabag Hukum yang mewakil pihak pemerintah dan pengawas rumah sakit.
Pasalnya tak ada kesepakatan yang riil antara mahasiswa dengan perwakilan Pemkab Aceh Barat ini terkait evaluasi terhadap manajemen RSUD Cut Nyak Dhien ini hingga aksi itu bubar.
“Kita antara lain meminta Pemkab Aceh Barat mengevaluasi kinerja pihak manajemen RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Selain itu, agar para THL yang sudah dipecat segera diseleksi kembali,” ujar Catur, seorang peserta aksi kepada wartawan saat berdemo di halaman Kantor Bupati Aceh Barat ini.
Menanggapi tuntutan mahasiswa, Juru Bicara Setdakab Aceh Barat, Amril Nuthihar, mengatakan pihaknya akan menyampaikan semua tuntutan itu Bupati H Ramli MS.
Aksi yang dikawal Polres Aceh Barat ini berlangsung aman dan tertib hingga para pengunjuk rasa ini membubarkan diri satu persatu.
• Kafe Esek-esek Pekerjakan ABG, Setiap Berhubungan Badan Dipatok Rp 150 Ribu, 6 Pelaku Ditangkap
• Kapal Wartawan Terbalik Dihantam Ombak Setelah Liput Agenda Jokowi, Ini Penjelasan Istana
Kasus melahirkan di WC
Seperti diberitakan sebelumnya, Cut Vivi (30) harus melahirkan di WC Ruang Tunggu di dalam ruang bersalin RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Kasus ini terjadi pada Rabu (16/1/2020) sekitar pukul 22.30 WIB malam.
Kejadian yang menghebohkan itu menyebabkan bibir bayi tersebut sempat benjol.
“Bayi masih benjol bibirnya akibat jatuh ke lantai saat lahir di WC,” ujar Sudirman (40) suami pasien Cut Vivi warga Drien Rampak, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat kepada Serambinews.com, Kamis (16/1/2020).
Diceritakan, istrinya sebelumnya sudah mengerang kesakitan yang diduga akan melahirkan, malam itu.
ia meminta kepada petugas dan perawat agar istrinya segera dimasukkan ke ruangan melahirkan.
Pasalnya, ia meyakini istrinya akan melahirkan.
Namun menurutnya, sang perawat menyatakan masih lama dan belum saatnya melahirkan.
Saat diminta untuk diperiksa kembali juga tidak diindahkan dengan alasan tidak bisa diperiksa secara terus menerus.
Dalam keadaan seperti itu, istrinya minta di antar ke WC karena ingin pipis.
Setelah usai pipis, pasien menyebutkan bahwa ia ingin beol.
Namun suami pasien menyangkal itu bukan mau beo,l akan tetapi mau melahirkan.
Ternyata benar, kata istrinya saat itu kepala bayi sudah mau keluar, sesaat setelah itu bayi tersebut langsung keluar dan terjatuh ke lantai.
Dalam suasana seperti itu, keluarga pasien sontok histeris, sehingga membuat suasan di ruangan itu sempat gaduh.
Dalam suasana seperti itu, petugas yang berada di luar kamar mandi segera mengambil tindakan dan menanganinya yang sebelumnya pasien tersebut dalam pengawasan petugas rumah sakit.
“Saat jatuh ke lantai tidak sempat kita sambut,” jelas Sudirman.
Dikatakannya, seharusnya pihak petugas tidak harus mengabaikan pelayanan, dan menyepelekan pasiennya.
Seharusnya jika benar-benar dilakukan pengawasan tentu insiden tersebut tidak akan terjadi.
Hal tersebut menurut korban sebuah kelalaian dari pihak petugas yang mengangap remeh pasiennya.
Sementara dalam kondisi tersebut, sontak pihak kelurga pasien mencak-mencak di ruangan tersebut.
Sehingga mengundang perhatian orang banyak untuk melihatnya, termasuk para keluarga pasien di ruangan tersebut.
Dalam kondisi tersebut pihak petugas yang berada di luar kamar WC langsung membantunya.
Termasuk para dokter lainnya ke kamar tersebut guna melakukan penanganan terhadap pasien dan bayi tersebut.
Sementara pihak RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh mengatakan, terkait Cut Vivi (30) bahwa pihak rumah sakit menyebutkan bahwa pasien tersebut tetap dalam pengawasan petugas.
Namun pasien sempat melahirkan di WC pada Rabu (15/1/2020) malam, hal itu terjadi di luar prediksi pihak petugas meski dalam dalam pengawasan petugas rumah sakit.
Direktur RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh dr Furqansyah melalui Kepala Humas Susi Maulhusna kepada Serambinews.com, Kamis (16/1/2020) menjelaskan, bahwa pasien telah ditangani sejak masuk sekitar pukul 10.00 WIB pagi.
Sesuai dengan SOP dan pemeriksaan langsung dilakukan oleh dokter penanggungjawab (dokter spesialis).
“Terkait dengan pasien merasa diabaikan, maka dapat kami jelaskan bahwa pasien telah dilakukan tindakan sesuai dengan kondisi pasien.
Jika disebutkan bahwa bayi telah terlihat di jalan lahir tetapi diabaikan oleh petugas, itu tidak mungkin.
Karena jika kepala telah kelihatan, maka pasien tidak mungkin bisa berjalan ke kamar mandi lagi,” jelas Susi Maulhusna.
Lebih lanjut disebutkan, bahwa pemeriksaan dalam lazimnya dilakukan 4 jam sekali, namun tergantung kondisi pasien.
Kondisi pasien saat diperiksa oleh petugas tidak tampak tanda tanda akan melahirkan saat itu.
Sementara kelahiran di kamar mandi terjadi spontan mengingat ini adalah kehamilan ke 3 dan dalam kondisi pasien diberi infus untuk perangsang kontraksi.
Sedangkan pasien saat itu tetap dalam pengawasan medis atau petugas pada saat itu, sehingga tidak ada yang terabaikan dan tetap melaksanakan pelayanan dengan baik.
Namun bayi itu sempat lahir di kamar mandi di luar prediksi, karena pasien hendak pipis.
Sebab jika ke kamar mandi sementara kepala bayi sudah keluar, tentu ia tidak bisa ke sana. (*)