Berita Abdya

Sopir Labi-labi di Abdya Semakin Tergusur dan Protes Kehadiran Bus Sekolah di Luar Peruntukannya

Penulis: Zainun Yusuf
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beberapa angkutan labi-labi mangkal di pangkalan lokasi Jalan Pasar Lama Kota Blangpidie, Abdya, Kamis (30/1/2020). Keberadaan angkutan umum itu semakin tergusur, sehingga hanya bertahan beberapa unit lagi.

“Sampai tahun 2005, labi-labi yang beroperasi tiap hari berkisar 40 sampai 50 unit.

Sekarang tinggal 15 unit, dan yang rutin beroperasi sebanyak 8 unit,” kata Sinong, Ketua Labi-labi Trayek Kota Blangpidie-Babahrot kepada Serambinews.com, Kamis (30/1/2020).

Pemandangan semakin terpinggirkan angkutan labi-labi juga terlihat untuk trayek Kota Blangpidie-Manggeng.

Dulu, setiap hari beroperasi tidak kurang 50 unit. Sekarang, menurut keterangan tinggal belasan unit saja.

Beli Sabu Untuk Diberikan ke Orang Lain, Warga Darul Imarah Diringkus Polisi

Sebagian besar pemilik labi-labi memilih tidak beroperasi lagi dikarenakan pendapatan diperoleh semakin menurun.

Kemudian labi-labi dirombak menjadi mobil pikap melayani angkutan barang antardesa.

Didampingi beberapa sopir labi-labi lainnya, Sinong mengatakan, pendapatan dari usaha angkutan labi-labi  tidak bisa lagi diandalkan.

“Sebelumnya, termasuk ketika masa konflik melanda, kami bisa membawa pulang penghasilan Rp 200 sampai Rp 250 ribu per hari.

Sekarang,  hanya berkisar Rp 50 atau Rp 60 ribu setelah isi minyak,” katanya.

“Kalaulah ada pekerjaan lain, kamipun sudah mundur dari pekerjaan ini,” tambah Siman, sopir labi-labi asal Blang Dalam, Babahrot.

Malahan, sopir yang lain mengaku masih tetap bertahan karena saat pagi tiba, tidak tahu apa yang bisa dikerjakan selain sebagai sopir labi-labi.

Urbane Indonesia Benahi Kualasimpang, Biro Arsitektur Didirikan Ridwan Kamil Ini Sudah Mulai Bekerja

Protes bus sekolah di luar peruntukan        

Lalu, kenapa keberadaan labi-labi sebagai angkutan warga semakin tergusur.

“Sebagian besar warga telah memiliki sepeda motor (sepmor). Malah, satu rumah tangga punya dua unit sepmor,” kata Sinong.

Beberapa unit labi-labi yang masih beroperasi sekarang ini hanya bisa mengharapkan  penumpang siswa dengan tarif Rp 2.000 per siswa.

Halaman
123

Berita Terkini