Namun, peluang tersebut ditikung oleh bus sekolah yang keberadaannya semakin banyak di setiap kecamatan.
Bahkan, ada beberapa kecamatan ditempatkan lebih dari satu unit bus sekolah.
“Bus sekolah dikutip tarif Rp 1.000 per siswa,” katanya.
Beberapa sopir labi-labi mengaku lapangan kerja mereka menjadi tergusur akibat banyak beroperasi bus sekolah.
• Edi Suhendri Dipecat Karena Kasus Mesum, Ketua Panwaslu Subulusalam kini Dijabat Syahrianto Lembong
Betapa tidak, bukan saja antar jemput anak sekolah (siswa), bus badan sedang ini juga melayani jasa angkutan kegiatan kumpulan masyarakat desa dan sekolah.
Seperti melayani kelompok warga mengantar tanda atau mengantar sirih lamaran proses perkawinan dan kegiatan perkumpulan lain di masyarakat.
Kemudian, bus sekolah juga melayani jasa angkutan kegiatan wisata siswa jarak dekat (mengunjungi lokasi wisata dalam kawasan Kabupaten Abdya).
“Setahu kami bus sekolah hanya diperuntukkan untuk antar jemput siswa.
Kenapa digunakan untuk jasa angkutan yang lain, termasuk kegiatan warga pada malam hari,” kata sopir labi-labi asal Krueng Batee, Kuala Batee.
• DPR RI Putuskan Biaya Haji 2020 Tidak Naik, Tetap Rp 35.235.602
Bahkan para sopir labi-labi mengaku tidak keberataan jika angkutan siswa oleh bus sekolah tidak dikenakan tarif (gratis), seperti beberapa daerah lain, asalkan bus sekolah tersebut fokus antar jemput siswa saja.
Terkait hal ini, para sopir labi-labi yang masih bertahan sekarang ini mengharapkan Dinas Perhubungan Abdya menertibkan operasioanal bus sekolah yang ditempatkan di titik kecamatan.
Harapan ini, karena dalam rapat-rapat yang diadakan, sejumlah sopir labi-labi secara terbuka mengemukakan keluhan awak labi-labi, namun sama sekali tidak mendapat respon hingga sekarang.
Kesulitan ekonomi yang dihadapi saat ini, Pemkab Abdya juga diminta mengalokasikan bantuan pinjaman modal usaha bagi para sopir labi-labi. (*)