Wawancara Eksklusif

Menteri Agama Jenderal TNI Purn Fachrul Razi: Potensi Aceh Luar Biasa

Penulis: Fikar W Eda
Editor: Yusmadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto selfie bersama Menteri Agama Fachrul Razi, di Kemeterian Agama, Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM -- Jenderal TNI Purn. Fachrul Razi, lahir di Banda Aceh 26 Juli 1947. Diangkat sebagai Menteri Agama dalam Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin.

Lulusan Akademi Militer 1970, dalam catatan Wikipedia, disebutkan tokoh ini berpengalaman dalam bidang infantri.

Di militer, Jenderal. Purn. Fachrul Razi pernah menempati jabatan puncak sebagai Wakil Panglima TNI.

Di panggung politik, ia adalah tim pendiri Partai Hati Nurani Rakyat atau Partai Hanura bersama Jenderal TNI. Purn. Wiranto.

Selepas Dzuhur, Kamis (6/2/2020) Fachrul Razi menerima delegasi tokoh Aceh yang berada di bawah organisasi paguyuban masyarakat Aceh di Jakarta, Taman Iskandar Muda (TIM).

Ada beberapa hal yang dibincangkan dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 1,5 jam itu, seperti bioskop, tingkat kerukunan beragama di Aceh dan sebagainya.

Benarkah Toleransi Beragama di Aceh Terendah Se-Indonesia? Simak Cerita Monica Malau dan Kawan-kawan

Survei Kemenag Tempatkan Aceh Rangking Terbawah Toleransi Beragama, Begini Reaksi Pendeta Idaman

Tionghoa dan Toleransi di Negeri Syariah

Pertemuan tersebut tidak formal, dan menteri menyebutnya sebagai dialog santai.

Seusai pertemuan, Fikar W.Eda dari Serambi Indonesia berkesempatan mewawancarai pensiunan bintang empat ini dalam waktu yang sangat terbatas.

Berikut petikannya

Menurut Anda apa yang harus dilakukan untuk mendorong kemajuan Aceh?

Aceh punya potensi luas biasa. Potensi pariwisata, alam, seni budaya dan sebagainya. Itu semua potensi yang hebat. Luar biasa.

Lalu apa yang harus dilakukan dengan semua potensi itu?

Kita kelola dengan baik semuanya. Dengan sebaik-baiknya. Sesuai dengan bidang kita masing-masing.

Laporan Kementerian Agama, Aceh termasuk daerah yang rendah tingkat kerukunan umat beragama, menurut Anda?

Iya, dulu saat masih remaja, saya merasakan betul tingkat kerukunan antar umat beragama sangat tinggi di Aceh. Saya bergaul di banyak orang termasuk dengan anak-anak Tionghoa yang ada di Banda Aceh. Kita saling menghormati dan menghargai. Ketika saya masuk Akabri, saya diantar rame-rame, juga anak-anak Tionghoa kawan-kawan saya ini. Kita bayak kenangan juga, termasuk mencuri buah-buahan..he..he..he

Lalu kok sekarang ada laporan bahwa tingkat kerukunan umat beragama di Aceh sangat rendah?

Inilah yang saya juga tidak mengerti. Kenapa dulu tingkat kerukunan kita tinggi sekarang sangat rendah. Mari kita cari sebab-sebabnya, dan kita cari solusi. Apa sebetulnya yang terjadi dengan kita di Aceh.

Anda di Banda Aceh, tinggal dimana ketika itu?

Saya tinggal di Lampaseh. Saya sampai SMA di Banda Aceh. Sekolah saya SMA Darussalam. Saya siswa pertama di SMA Darussalam. Setelah itu masuk Akabri. Saat itu lah saat diantar ramai-ramai, saat akan berangkat dsri Banda Aceh.

Bagaimana dengan gangguan keamanan di Aceh? Apakah Pak Menteri ikuti perkembangan?

Beberapa waktu lalu, Pangdam Iskandar Muda menyampaikan bahwa Aceh itu sangat aman. Tidak ada gangguan keamanan. Sangat aman.

Tapi kenapa masih ada suara-suara seolah Aceh tak aman?

Iya ini citra buruk. Maka menjadi tugas dan tanggungjawab kita untuk menghapus citra tersebut. Ini kita harus usaha keras, agar tidak ada lagi citra seperti itu. Kita perjuangkan bersama menghapus citra itu.

Oh, ya, belum lama ini, sempat viral pernyataan Pak Menteri mengenai bioskop di Aceh. Bagimana sebetulnya duduk masalahnya?

Itu sebetulnya pernyataan sepintas lalu saja. Iseng. Ketika itu saya di Jedah Arab Saudi. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mempresentasikan keterbukaan negeri itu dalam berbagai bidang. Termasuk bioskop. Di Arab Saudi ternayata banyak bioskop. Dan mereka akan membangun lebih banyak lagi bioskop.

Lalu apa kaitannya dengan Aceh?

Setelah mendengar presentasi itu, saya teringat Aceh. Kampung halaman. Secara guyon dan iseng, saya katakan, boleh juga di Aceh dibangun bioskop. Dipisah bioskop laki-laki dan perempuan. Eh, pernyataan ini kemudian jadi heboh. Padahal itu hanya sambil lalu saja.Film ini kan penting juga. Sebagai media. Untuk Aceh filmnya diseleksi. Jadi ya itu..ceritanya soal bisokop, he..he.. (*)

Berita Terkini