Anting tersebut didapatkan orangtua Kristina dari Sarawak, Malaysia.
"Anting ini tidak karat. Orangtua saya ambil dari Sarawak, Malaysia," katanya.
Kala itu, banyak orang Dayak di Long Pahangai pergi ke Sarawak melewati sungai dan perbukitan.
Ia bercerita, sejak usia tiga tahun ia tak pernah melepas anting-anting ya ia gunakan.
Awalnya ia mengaku sempat terganggu terutama saat tidur. Namun dengan berjalannya waktu, ia mulai terbiasa.
Bahkan dengan kuping panjang ia masih bebas berburu.
Selain Kristina, saat itu ada puluhan perempuan Dayak yang masih melakukan tradisi kuping panjang.
Namun di era 1970-an, penggunaan anting agar cuping kuping panjang semakin berkurang.
Tradisi yang mulai punah
Daerah Long Pahangai berdekatan dengan Sarawak, Malaysia.
Orang Dayak di wilayah itu sering pergi ke Sarawak melewati sungai dan perbukitan.
Di era Kristina, rata-rata perempuan Dayak di wilayah itu memiliki cuping telinga panjang dengan puluhan anting. Namun, tradisi ini kini ditinggalkan.
Sejak era 1970-an penggunaan anting panjang terus berkurang hingga kini.
Data Yayasan Telinga Panjang menyebutkan, total perempuan Dayak yang kini memiliki cuping telinga panjang tak lebih dari 100 orang di Kaltim.
Sebanyak 60 persen di antaranya berada di Kabupaten Mahakam Ulu, termasuk kedua nenek ini.
"Sekarang tidak ada lagi. Hanya kami dua saja yang punya," sambung Tipung Ping.
Kepunahan tradisi ini bukan hanya karena ditinggalkan perempuan generasi milenial.
Tapi juga kampanye tim kesehatan di kecamatan dan kelurahan setempat yang menyebutkan bahwa memakai banyak anting di cuping tidak bagus untuk kesehatan.
Pada tahun 1980-an, Kristina dan Tipung pernah diminta mantri untuk memotong telinga panjang karena alasan kesehatan dan memudahkan beraktivitas.
Tapi saat itu, keduanya menolak tawaran itu.
Di Kampung Long Isun, hanya kedua perempuan Dayak ini yang masih mempertahankan tradisi cuping panjang.
Simbol kecantikan
Kata keduanya, cuping telinga panjang menurut kepercayaan perempuan Dayak adalah simbol kecantikan.
"Supaya lebih cantik. Zaman dulu semakin panjang cuping telinga, semakin cantik," sebut keduanya.
Kristina dan Tipung mengaku sudah sering kali membujuk cucu-cucunya untuk memanjangkan cuping dengan menggunakan anting besar.
Namun mereka menolak.
Alasannya, zaman sudah modern, dan mereka malu memakai cuping telinga panjang.
"Saya suka bujuk cucu tapi mereka enggak mau bikin. Bilangnya, sudah modern," kata Kristina.
Bukan hanya perempuan, laki-laki juga sebenarnya punya tradisi cuping telinga panjang.
Hanya, cuping telinga laki-laki tak sepanjang perempuan.
"Maknanya sama. Laki-laki akan terlibat lebih gagah jika telinga panjang," kata Kristina.
• Mengharukan! 11 Hari Terpisah, Perawat Pasien Corona hanya Bisa Menatap Calon Suami dari Balik Kaca
• Ujian SKD Bagi 5.049 Pelamar CPNS Bireuen Tuntas, Ini Nama Peraih Nilai Tertinggi
• Gatra Geudong Alue Jumpa Putra Raja Jeumpa di Final, Turnamen Sepakbola Anggota DPRK Bireuen 2020
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Tradisi Kuping Panjang, Simbol Kecantikan Perempuan Dayak, Gunakan Puluhan Anting Tiap Hari"