SERAMBINEWS.COM - Matt Wright, pecinta reptil asal Australia, dan Badan Konservasi Sumber Daya (BKSDA) Alam Sulawesi Tengah mulai menemukan pola pergerakan buaya berkalung ban di Sungai Palu.
Dari amatan Matt dan Satgas Penyelamatan Satwa Liar BKSDA Sulawesi Tengah, buaya berkalung ban ini saban pagi bergerak menuju muara untuk sekedar berjemur.
Setelah memasuki senja, buaya ini akan kembali ke Jembatan 2 di Jalan I Gusti Ngurah Rai.
Karena itu, saat ini, operasi penyelamatan tidak lagi berlangsung pada siang hari.
Ketua Satgas Penyelamatan Satwa Liar, Haruna mengatakan sudah beberapa hari ini tim bekerja malam hari.
"Tadi malam (Jumat, 14/2/2020) Matt melepaskan harpun sebanyak dua kali.
Satu kali harpun Matt mengenai sasaran, tapi target lolos.
Saat harpun kedua dilesatkan hasilnya nihil," kata Haruna, Sabtu (15/2/2020).
Menurut Haruna, Matt sempat berhadapan dengan buaya berkalung ban, dengan jarak sangat dekat.
Ahli penanganan satwa liar asal Australia, Matthew Nicolas Wright (kiri) memantau area sungai saat melakukan pencarian terhadap buaya yang terjerat ban sepeda motor di Sungai Palu di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (12/2/2020). Selain memasang perangkap, upaya pencarian untuk menangkap dan menyelamatkan buaya liar yang terjerat ban sepeda motor oleh Satgas di bawah kendali BKSDA Sulawesi Tengah bersama dua ahli penanganan satwa liar asal Australia, Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson juga dilaksanakan dengan melakukan penyisiran di sepanjang sungai saat malam hari.(ANTARA FOTO/MOHAMAD HAMZAH)
Saat harpun dilepaskan, warga yang terus menonton di pinggir sungai langsung berteriak dan menyalakan senternya.
Alhasil, buaya berkalung ban kaget dan langsung kabur dan masuk ke dalam air.
"Ini kendala yang kami hadapi di lapangan. Saya minta warga yang menonton kami bekerja, silakan saja.
Tapi saya harap warga jangan berteriak dan matikan senter.
Biarlah hanya senter Matt yang bekerja. Biar buayanya tidak masuk dalam air," pinta Haruna.