Update Corona di Malaysia

Selama Lockdown, Mahasiswa Aceh di Malaysia Dapat Makan Gratis 3 Kali Sehari, Begini Kondisi Mereka

Penulis: Zainal Arifin M Nur
Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebagian mahasiswa International Islamic University Malaysia (IIUM) membaca Alquran di asrama mereka. Malaysia telah memperpanjang masa lockdown hingga tanggal 14 April 2020.

Arif menuturkan, para mahasiswa ini tidak diperbolehkan ke luar kampus, meski hanya untuk belanja keperluan sehari hari.

Selain itu, orang dari luar kampus juga tidak diizinkan masuk ke lingkungan kampus.

“Semua ini dilakukan untuk melindungi mahasiswa IIUM yang bertahan di asrama dari infeksi virus corona,” kata dia.

Meski tidak boleh ke luar asrama, tapi para mahasiswa IIUM, termasuk mahasiswa asal Aceh, bersyukur karena masih bisa makan tiga kali sehari.

Hal ini karena pihak kampus beserta para dermawan dan beberapa lembaga, mengumpulkan dana yang kemudian dialokasikan untuk makan para mahasiswa yang terdampak lockdown.

“Pada awal masa lockdown dana yang terkumpul mencapai 105.000 Ringgit atau sekitar 399.195.000 Rupiah,” kata Arif.

Menurut dia, dana ini bukan hanya untuk biaya makan mahasiswa asal Aceh saja, tapi juga untuk membiayai makan ratusan mahasiswa lainnya yang berasal dari berbagai negara.

“Setiap mahasiswa mendapatkan jatah makan sehari tiga kali,” sambung dia.

Ia menyebutkan, data pada tanggal 3 april 2020, menunjukkan kasus infeksi corona di Malaysia menyentuh angka 3.333 dengan jumlah kematian 53 dan jumlah pasien yang sembuh 827.

Kampus IIUM berlokasi di daerah Gombak, di mana jumlah kasus infeksi COVID-19 tertinggi di wilayah Selangor, dengan angka mencapai 863 kasus.

“Kawasan Gombak masuk ke dalam kawasan red zone. Alhamdulillah belum ada mahasiswa IIUM yang terinfeksi virus ini,” ungkap Arif.

Ini Beda Jam Malam di Aceh dengan Lockdown di Malaysia, Pilih yang Mana?

Kampus Tutup Total, Mahasiswa Aceh di Malaysia Bertahan di Asrama

Ingin Pulang Tapi...

Muhammad Ambilal Khairullah, mahasiswa asal Lhokseumawe yang kuliah di Jurusan Usuluddin mengatakan, meski kebutuhan sehari-hari terpenuhi, tapi kondisi yang mereka jalani saat ini sangat membosankan.

“Kami sudah libur sejak pertengahan Maret. Sebenarnya kami ingin pulang ke kampung masing masing, tapi karena keadaan begini ya kami tidak bisa kemana mana,” ujarnya.  

“Kalaupun kami bisa pulang, pasti membuat warga kampung cemas. Apalagi ada isu bahwa bandara SIM akan ditutup, ya kami terpaksa bertahan di sini sampai masa lockdown berakhir, sambil memantau perkembangan,” kata Khairullah seperti dikutip Arif Zidni.

Halaman
123

Berita Terkini