Laporan Rahmat Saputra | Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE - Anggota DPRK Aceh Barat Daya (Abdya), Zul Ilfan menyesalkan pembatalan tender pembangunan jembatan Krueng Teukuh senilai Rp 13 miliar yang dilakukan pemerintah Aceh.
Rencananya anggaran Rp 13 miliar yang berumber APBA 2020 itu, akan membangunan jembatan dari rangka baja sepanjang 60 meter. Anggaran Rp 13 miliar itu, selain rangka baja, juga sudah termasuk pengaman jembatan.
"Kita sangat menyesalkan sikap pemerintah Aceh yang melakukan pembatalan tender pembangunan jembatan Krueng Teukuh ini. Karena, jembatan ini adalah hal mendesak dan dibutuhkan para petani," ujar anggota DPRK Abdya, Zul Ilfan.
Menurut Zul Ilfan, jika pembatalan tender jembatan Krueng Teukuh untuk penanganan pencegahan virus corona, sangatlah tidak tepat, mengingat jembatan tersebut sangat ditunggu oleh masyarakat.
"Padahal surat yang dilayangkan oleh ketua DPRK Abdya, Nurdianto menjadi dasar pihak pemerintah Aceh tidak membatalkan tender pembangunan Jembatan Krueng Teukuh ini," sebutnya.
Anehnya, kata Zul Ilfan, surat ketua DPRK dengan nomor 170/38/2020 berisi tentang mohon tidak ditunda paket Pembangunan Jembatan Krueng Teukuh Kecamatan Kuala Batee yang bersumber dari APBA 2020 tersebut, terkesan diabaikan.
"Kami tidak menolak disediakan anggaran untuk pencegahan virus corona ini, tapi bagi kami jembatan Krueng Teukuh ini, juga tak kalah penting," cetusnya.
Terlebih, tambahnya, Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah saat melakukan kunjungan bersama rombongan telah berjanji akan melanjutkan pembangunan jembatan tersebut.
"Saya selaku ketua PKB Abdya, yang merupakan partai pengusung Irwandi-Nova, merasa sedih, dan kecewa dengan sikap pemerintah Aceh yang membatalkan tender jembatan Krueng Teukuh ini," tegas anggota DPRK Abdya tiga periode ini.
Harusnya, sebut Zul Ilfan, pemerintah Aceh, mengalihkan anggaran yang sifatnya tidak mendesak, seperti pelatihan, perjalanan dinas, studi banding, bimtek, dan pembangunan yang tidak berdampak langsung pada masyarakat dan peningkatan ekonomi.
"Harusnya anggaran yang dicoret seperti beli mobil dinas baru, SPPD, dan kegiatan yang tidak berdampak pada rakyat. Bukan, kegiatan yang meningkatkan dan menopang ekonomi masyarakat seperti jembatan Krueng Teukuh ini," sebutnya.
Ia berharap, pembatalan jembatan yang menghubungkan dari Desa Drien Leukit, Kecamatan Kuala Batee menuju Kecamatan Babahrot melalui jalan lebar 30 meter itu, bersifat sementara, sehingga harapan petani mengakhiri naik rakit menuju ke kebun pada 2022 bisa terwujud.
"Semoga pembatalan ini, bersifat sementara, dan bisa ditender kembali, setelah persoalan corona ini selesai," pungkasnya.
Seperti diketahui, Pembangunan Jembatan Krueng Teukuh, Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Abdya sempat gagal dibangun pada 2019.
Padahal, masyarakat setempat sudah sangat membutuhkan jembatan itu, segera dibangun untuk kelancaran transportasi menuju lahan pertanian dan perkebunan.
Awal kepemimpinan Akmal-Muslizar, jembatan tersebut telah masuk dalam anggaran Dana Alokasi Khusus Aceh (Doka) atau Otsus 2018 sebesar Rp 10 Miliar.
Sayangnya, anggaran yang telah disepekati itu 'berubah' ditengah jalan, dan dialihkan untuk pembangunan jembatan Mancang Riek, Kecamatan Setia dengan anggaran Rp 10 miliar.
Anggaran Rp 10 miliar itu, rencananya untuk pengadaan rangka baja sepanjang 105 meter, biaya pemasangan dan pengecoran lantai jembatan.
Pengadaan jembatan yang mencapai 105 meter itu, dilakukan mengingat pemasangan jembatan Krueng Teukuh akan dilakukan dengan sistem kantilever atau tanpa perancah bawah, sehingga dibutuhkan rangka lebih panjang atau lebih 45 meter, sebagai penopang.
Seperti diketahui jembatan Krueng Teukuh tersebut pernah terhenti pada tahun 2012, akibat terjadinya pemutusan kontrak. Namun, pembangunannya kembali dilanjutkan pada tahun 2016, menggunakan anggaran APBK sekitar Rp 7,2 miliar.
Sayangnya, saat pemasangan jembatan rangka baja sudah mencapai 50 meter (dari total panjang 60 meter), jembatan tersebut ambruk, akibat air hujan yang membawa potongan kayu, dan pohon sawit kemudian menghantam tiang penyanggah rangka baja tersebut.
Tidak diketahui pasti, tiang penyanggah dari pohon kelapa itu, dengan mudah roboh, sehingga rangka baja itu ambruk ke dasar sungai, dan hingga saat ini rangka baja itu tidak berhasil diangkat, dan kini rangka baja itu menjadi mubazir.(*)
• Sempat Gegerkan Publik, Yasonna Laoly Ungkap Sosok yang Memberinya Ide Membebaskan Napi Koruptor
• Dianggap Terlalu Sering Buat Kontroversi, ICW Desak Jokowi Copot Yasonna Laoly sebagai Menkumham
• Arab Saudi Larang Warga Bepergian Selama 24 Jam, Yang Melanggar Didenda Hingga Rp 86 Juta
• Awal Ramadhan Tahun Ini Disambut Hujan Meteor, Simak Penjelasannya