Dilansir dari obv.org.uk, Edward Colston bahkan dijuluki sebagai "The father of Bristol's slave shame" (Bapak perbudakan memalukan dari Bristol).
Pria asli Bristol dan kelahiran tahun 1636 tumbuh dalam keluarga pedagang kaya dan bergabung dengan sebuah perusahaan pada 1680.
Ia disebut memonopoli perdagangan budak di West Indies.
Royal African Company (RAC) secara resmi dipimpin oleh saudara Raja Charles II yang kemudian naik takhta menjadi James II.
Perusahaan itu mencap budak dengan inisial RAC di dada mereka, termasuk wanita dan anak-anak.
RAC dipercaya telah menjual sekitar 100.000 orang Afrika barat di Karibia dan Amerika Serikat pada tahun 1672-1689.
Colston kemudian mengembangkan reputasi sebagai dermawan yang menyumbang kegiatan amal, seperti sekolah dan rumah sakit di Bristol serta London.
Patung setinggi 5,5 meter itu berdiri di Bristol's Colston Avenue sejak 1895.
Kota ini juga memiliki sekolah yang dinamai tokoh itu untuk menghormatinya.
• Perseteruan Anak Krisdayanti dengan Raul Lemos, Azriel Bongkar Tabiat Asli Suami Kedua KD
• Jokowi Teken PP Tapera, Gaji PNS hingga Pegawai Swasta Bakal Dipotong 2,5 Persen
• Kembali Berulah, KKB Papua Tembak & Mutilasi Warga Sipil, Padahal Korban Hanya Seorang Petani Biasa
• Terlalu Banyak Minum Teh Susu, Gadis Ini Diserang Berbagai Penyakit Hingga Koma 5 Hari
Boris Johnson (AFP/Ian Vloger)
Reaksi petinggi Inggris
Meski begitu, Menteri Dalam Negeri Priti Patel menyebut aksi penggulingan patung itu "sangat memalukan".
Polisi kota lalu berjanji melakukan penyelidikan.
"Itu tentang aksi-aksi kerusuhan massal yang sebenarnya sekarang telah mengganggu orang-orang yang benar-benar memprotes," kata Patel kepada Sky News.
"Itu adalah aksi yang sama sekali tidak dapat diterima, dan berbicara tentang vandalisme, sekali lagi, seperti yang kita lihat kemarin di London.