Pada saat Tgk Nurdin yang notabene bupati membutuhkan sebuah mobil untuk menjemput adiknya, beliau rela mencari mobil rental. Otak saya semakin kencang berputar untuk memikirkan kenapa Tgk Nurdin tak meminta bantu saja pada bawahannya yang hampir semua punya mobil dinas, bahkan mobil pribadi pun ada. Atau kenapa Tgk Nurdin tak menelepon saja Bagian Umum Kantor Bupati Bireuen atau kepala dinas dan camat yang menjadi bawahannya? Padahal, dengan kuasa yang ada di tangan beliau sebenarnya Tgk Nurdin tinggal telepon saja sang bawahan, tetapi ia tidak melakukan hal itu.
Tapi hal tersebut tidak dilakukan Tgk Nurdin. Saya jadi bingung sendiri untuk menjawab karena memang itu sulit untuk saya jawab. Pengalaman tersebut sangat jarang terjadi pada seorang pemimpin setingkat bupati, baik di Aceh maupun di kabupaten lainnya di Indonesia.
Saya bertanya pada teman diskusi saya, Ferizal, tapi dia lebih bingung lagi menyikapi pertanyaan saya. Kami terus berpikir apakah pertanyaan Tgk Nurdin tentang “mobil rental” benar-benar serius atau mungkin Tgk Nurdin hanya ingin menunjukkan kepada kami bahwa sikap beliau benar-benar jujur dalam menjalankan tugas negara, atau beliau ingin memancing kami karena dari kami bertiga terdapat seorang pejabat penting pemerintahan Bireuen, yaitu Pak Razuardi yang saat itu menjabat Kepala Bappeda Bireuen. Akan tetapi, dari raut wajah beliau berbicara saya melihat beliau sangat serius dan tak ada tendensi apa pun. Beliau benar-benar ikhlas dan jujur terhadap apa yang diucapkan dalam pembicaraaan tersebut.
Keinginan dan perbuatan Tgk Nurdin itu sangat mirip dengan kisah sahabat Nabi Muhammad, yakni Khalifah Umar bin Khattab yang tidak memanfaatkan fasilitas negara untuk keperluan dan kepentingan pribadi. Alkisah, pada suatu malam saat Umar bin Khattab duduk dan berbincang dengan anaknya, Umar memadamkan lampu. Anaknya heran dan bertanya. Umar menyatakan bahwa pembicaraan mereka malam itu untuk keperluan keluarga, bukan untuk kepentingan rakyat.
Analog dengan kisah Umar itu, inilah sekelumit pengalaman dan kenangan saya tentang sikap tawaduk Tgk Nurdin Abdurrahman, sosok sederhana yang meninggal dunia, Senin, 8 Juni 2020.
Ia pernah menerima suaka politik dari Australia, menjabat Bupati Bireuen periode 2007-2012, dan salah seorang intelektual yang terlibat dalam perundingan damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia di Hensinki, Finlandia. Setelah tak lagi menjabat bupati, aktivitasnya sehari-hari adalah mengabdi sebagai dosen dan Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Universitas Almuslim, Peusangan.
Selain pengalaman tersebut, banyak juga pengalaman dan pelajaran lain yang tak bisa saya lupakan tentang beliau, apalagi saat Universitas Almuslim muhibah seni ke Australia tahun 2014. Kebetulan saya selama lima malam menginap satu kamar dengan beliau di sebuah hotel di Kota Sydney, Australia.
Beliau sosok yang sangat disiplin waktu, selalu membimbing dan memberikan nasihat, juga taat beribadah, tabah, baik, dan santun. Innalillahi wa innailaihi raji'un. Selamat jalan guru, pemimpin, pejuang, dan pembimbing kami. Semoga husnul khatimah.