Nilai sejarahnya sangat tinggi," kata Lukman Hakim yang kini menjabat salah seorang direktur di Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Ia menyebutkan, apabila tidak diperhatikan, bisa jadi, nilai sejarah Hotel Atjeh akan terkubur ditelan zaman.
"Sebagai bangsa besar, tentu kita tidak ingin sejarah kita terkubur. Adalah tanggungjawab kita bersama merawatnya," ujar Lukman Hakim.
Presiden Soekarno tiba Koetaradja pada 16 Juni 1048 dan menginap di Hotel Atjeh.
Malamnya diselenggarakan pertemuan antara Presiden Soekarno dengan tokoh-tokoh Aceh.
"Pada pertemuan itulah Presiden Soekarno minta bantuan masyarakat Aceh mengumpulkan dana untuk beli pesawat.
Konon Presiden sempat menolak ke meja makan, sebelum ada komitmen bantuan," kata Lukman Hakim.
Lukman menyebutkan, bangunan Hotel Atjeh dibongkar secara sengaja pada 1995.
Selanjutnya di tempat itu rencananya dibangun hotel bintang lima dengan 10 lantai. "Seingat saya dibongkar pada 1995.
Selanjutnya oleh PT Alam Ujung Bate, akan dibangun hotel bintang lima dengan konsep religius sepuluh lantai," kata Lukman Hakim.
Namun rencana tersebut tidak berhasil diwujudkan sampai sekarang.
Lahan bekas Hotel Atjeh hanya tinggal tiang pancang yang dicat warna warni. Lukman Hakim menjelaskan, gagalnya pembangunan kembali Hotel Atjeh karena pasifnya keseriusan para konsorsium serta lemahnya koordinasi.
"Akibatnya lahan itu jadi terlantar," kata Lukman.(*)