Saya yang sejak kecil tinggal di Banda Aceh sangat lekat pengalaman sewaktu masa sekolah dasar bermain kawan sebaya di Taman Putro Phang dan bercengkerama di pinggiran Krueng Daroy karena bertempat tinggal di Jalan Balai Kota waktu itu (sekarang Jalan Abu Lam U). Bila kembali kepada sejarahnya Krueng Daroy sejak dahulu dibuat selain untuk melintasi Taman Bustanussalatin juga mengalir melewati bagian tengah Istana Dalam, Darud Dunya hingga akhirnya ke hilir menuju Krueng Aceh. Tidaklah heran jika Krueng Daroy menjadi jalur transportasi utama dari dan ke luar istana dengan kapal dan perahu. Air Krueng Daroy sangat jernih kala itu sehingga siapa pun yang meminumnya akan sehat dan sembuh penyakitnya.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari nilai sejarahnya yang panjang Krueng Daroy sangat lama terabaikan pemeliharaannya. Kini Krueng Daroy baru saja mendapat perhatian dalam penataannya menjadi lebih indah, demikian pula fungsi Taman Putroe Phang telah digairahkan dengan aneka pergelaran seni setiap akhir pekan.
Pembangunan sekitar aliran sungainya telah diperindah dengan fasilitas jalan setapak yang asri bagi pedestrian dan ini program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) yang digagas Wali Kota Banda Aceh. Untuk mengangkat nilai historisnya, pemugaran Krueng Daroy sebaiknya menyelaraskan fungsinya menjadi satu bagian yang tak terpisahkan bersama Pinto Khop dan Gunongan yang kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya agar generasi mendatang ikut melestarikan sejarah masa lalu Banda Aceh untuk kembali menjadi kota gemilang. (vinsa24@gmail.com)