Laporan Masrizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dalam mengenang 16 tahun kematian Munir, sejumlah aktivis yang tergabung dalam organisasi masyarakat (ormas) sipil di Aceh menggelar diskusi bertajuk ‘Seni Negara Mengelabui Munir’ di Kamp Biawak, Limpok, Aceh Besar, Senin (7/9/2020).
Munir Said Thalib atau akrab disapa Munir adalah seorang aktivis HAM Indonesia. Ia meninggal dunia setelah diracun dalam penerbangan menuju Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004 silam.
Acara diskusi tersebut dimulai dengan pembacaan hasil temuan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dinyatakan hilang.
Ada tiga pembicara pada diskusi itu, yaitu Koordinator Kontras Aceh, Hendra Saputra, Ketua LBH Banda Aceh, Syahrul Putra, dan Peneliti Resolusi Konflik, Iping Rahmat Saputra.
Sekjen Komite Mahasiswa dan Pemuda Aceh Nusantara, Fadli melalui siaran pers yang dikirim oleh Harisul Amal kepada Serambinews.com mengatakan, acara ini digelar untuk merawat ingatan tentang Munir yang dihilangkan paksa oleh negara.
• Update Kasus Covid-19 di Langsa Hari Ini, Warga Positif Corona Bertambah 1 Orang & Sembuh 1 Orang
• Tidak Setuju Hak Interpelasi, Fraksi PPP: Plt Gubernur Nova Iriansyah Masih On The Track
• China Tolak India Sebut Arunachal Pradesh, Seusai New Delhi Menanyakan Keberadaan Lima Warganya
"Banyak jasa Munir untuk Aceh dalam mengusut kasus pelanggaran HAM di Aceh, salah satunya adalah mengadvokasi kasus Tgk Bantaqiah di Beutong, Nagan Raya," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menerangkan, acara ini juga diwarnai dengan pembacaan hasil kasus Munir yang dinyatakan hilang.
“Sebenarnya tidak hilang, yang sebenarnya hilang adalah niat negara dalam mengusut ini hingga tuntas,” pungkasnya.(*)