Webinar

Dampak Pandemi Covid 19, Omzet UMKM Turun Hingga 75 Persen

Penulis: Mawaddatul Husna
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman dan Kadis Koperasi, UKM dan Perdagangan M Nurdin, berfoto bersama para pelaku UMKM usai penyerahan bantuan peralatan dan perlengkapan kerja secara simbolis di halaman pendopo, Kamis (1/10/2020).

Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Guru Besar Fakutas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Padjadjaran, Bandung, Prof Dr Ina Primiana SE MT menyampaikan dampak dari pandemic Covid-19 menyebabkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengalami penurunan pesanan atau omzet hingga mencapai 75 persen.

Hal ini disebabkan tidak adanya pesanan yang masuk dan adanya pembatalan pesanan yang sudah masuk saat sebelum pandemic. Disamping itu, produksi juga turun hingga 60 persen.

Pernyataan tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber dalam Webinar dengan tema “Kiat UMKM Bertahan di Era Pandemic Covid-19”.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aceh ini juga menghadirkan narasumber lainnya Kasubbag Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Aceh, Moishe Sofian, serta opening remarks oleh Kepala OJK Aceh, Aulia Fadly.

Webiar yang disiarkan via Zoom ini dapat diikuti langsung melalui Facebook Serambinews.com dan Radio Serambi FM, yang dipandu Host, News Manager Harian Serambi Indonesia, Bukhari M Ali, Kamis (8/10/2020).

Prof Ina menambahkan dampak dari pandemic ini UMKM merumahkan karyawannya atau memberhentikan total karyawannya (PHK), stok berlimpah akibat tidak ada pembeli, perusahaan tidak bisa membayar upah atau gaji pegawai, dan sulit memperoleh bahan baku produksi.

Namun selama pandemik, dikatakan Prof Ina, beberapa UMKM fashion dan kriya yang melakukan pivot atau putaran mengalami pertumbuhan. Mereka memproduksi APD berupa coveral hazmat, masker non medis dan face shield.

Mahasiswa Unsam Langsa Masih Bertahan di Halaman DPRK, Minta Video Call dengan Anggota DPR RI

Nova Tawarkan Pulau Banyak kepada Uni Emirat Arab untuk Investasi Wisata

Viral Tangisan dan Pelukan Kerinduan Ibu Menyambut Anak Laki-laki yang Telah Lama Tidak Pulang

“Tetapi untuk produksi coveral hazmat sekarang mengalami penurunan bahkan tidak berproduksi sama sekali dikarenakan harus bersaing dengan produk impor, dan perusahaan lokal berskala besar. Bagi perusahaan yang tidak melakukan pivot, sebagian besar terpuruk dan tidak berproduksi,” sebutnya.

Ia juga menyebutkan selama pandemic Covid-19, sektor UMKM yang terpukul antaranya industri manufaktur, pariwisata, hotel, restoran, dan perdagangan besar.

Sektor UMKM yang bertahan antara lain pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan pengangkutan. Sementara UMKM yang meningkat adalah makanan, retail, teknologi informasi dan kesehatan.

Lalu bagaimana dengan stimulus? Prof Ina mengatakan tanpa data base yang benar maka akan sulit menjamin stimulus akan dapat membantu UMKM yang jumlahnya 60 jutaan dengan tepat sasaran dan adil. Dari stimulus Rp 123 triliun untuk UMKM baru terserap Rp 82,555 triliun atau 66,86 persen per 23 September 2020.

Maka ada beberapa hal yang diperlukan UMKM pada masa Covid-19 saat ini, yaitu biarkan tetap berproduksi atau berusaha. “Berikan edukasi protokol kesehatan baik bagi dirinya sendiri maupun pembeli bagi UMKM oleh pemerintah kabupaten/kota, perhatikan sektor yang bertahan dan meningkat dimasa pandemic Covid-19, dan mengedukasi cara-cara berjualan online dan packaging,” sebut Prof Ina.

Kemudian, bantuan stimulus yang tepat. Tepat waktu, tepat UMKM dan tepat skema. Updating data base UMKM juga perlu dilakukan yang meliputi by name, by address, lama berdiri, lokasi dan jenis usahanya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pemberian bantuan dan pendampingan untuk pengembangan kedepan.

Selanjutnya, pemerintah mencarikan link bagi UMKM untuk menjadi bagian dari rantai pasok/pemasok bagi usaha besar/BUMN.

Halaman
12

Berita Terkini