Dia menjelaskan dinamika di Selat Taiwan kini bukan lagi masalah strategi, namun psikologi.
Dia memprediksi Beijing bakal mengambil tindakan.
Sang jenderal berkata politisi boleh mengucapkan sesuatu yang ambigu.
Namun tidak dengan dunia militer, di mana dia takut perang bisa terjadi kapan saja.
Baca juga: Parah, Pengedar Narkoba Jadikan Istri Kedua dan Keempat Sebagai Pengedar Sabu
Menteri Pertahanan Yen De-fa menyatakan, mereka bisa menggerakkan sekitar 450.000 personel jika menghadapi perang dengan China di selat.
Yeh mencatat jumlah tersebut mencakup 185.000 tentara aktif dan 260.000 serdadu cadangan.
Tapi dalam pandangannya, mereka masih kalah jumlah.
"Taiwan hanya bisa bertahan selama dua minggu.
Apakah kita mempunyai cukup pasukan? Kita harus mengajukan langkah hukum jika ingin kompetitif," paparnya.
Baca juga: Tank T-72B3 versi Baru Makin Ngeri, Rusia Siap Terjunkan ke Medan Tempur
Yeh juga menyebut laporan terbaru Kementerian Pertahanan AS per September, di mana anggaran militer China lebih besar 15 kali lipat dari Taipei.
Dia bukan satu-satunya pejabat militer yang mengeluhkan kurangnya persiapan mereka jika sewaktu-waktu harus menghadapi gempuran Beijing.
Mayor Jenderal Purnawirawan Hsiao Tien-liu berujar, pasukan mereka begitu kurang dalam hal persenjataan untuk mempertahankan selat.
"Bagaimana seorang prajurit bisa berperang jika dia tak punya cukup peralatan? Apakah mereka harus bertempur dengan sapu?" keluhnya.
Baca juga: Pembobol ATM Ditangkap, Beraksi di Kompleks Kostrad, Ini Jumlah Uang Diambil
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jenderal Taiwan Sebut Negaranya Hanya Bisa Bertahan 2 Minggu jika Perang dengan China",