Demikian halnya dalam MTQ, kita harus berorientasi pada hasil yang akan dicapai.
Sehingga proses persiapan dan TC harus mengarah kepada hasil tersebut.
Setiap orang yang pernah menjadi dewan juri pasti memahami apa kebutuhan dan standar yang diperlukan untuk memenangkan pertandingan.
Untuk menuju target tersebut bisa saja Aceh mengundang pelatih tingkat nasional untuk membekali para calon peserta lomba MTQ ke depan.
Baca juga: Empat Warga Langsa Ditangkap Edarkan Sabu-sabu
Tidak saling menyalahkan
Selanjutnya yang harus kita lakukan adalah menerima kekalahan dan tidak saling menyalahkan.
Tetapi kekalahan yang sama setiap kali bertanding adalah sesuatu yang memalukan.
Seorang yang cerdas pasti tidak akan jatuh ke lobang yang sama dua kali, apalagi berkali-kali.
Dalam pepatah disebutkan, buruk muka cermin dibelah, yang merupakan peringatan kepada kita semua untuk tidak menuduh orang lain jika kita sendiri yang belum maksimal melakukan usaha yang diperlukan.
Introspeksi Diri
Momen MTQ Nasional tahun 2020 ini menjadi saat yang tepat bagi Stakeholdes di Aceh untuk instrospeksi diri.
Karena prestasi Aceh bukan hanya rontok di bidang MTQ saja, di sektor lain juga banyak yang harus dibenahi.
Misalnya di bidang pendidikan, pada tahun 2019, Aceh berada pada peringkat ke-27 dari 34 provinsi di Indonesia.
Di bidang investasi, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) periode Juli-September (triwulan 3) tahun 2020, Aceh berada pada peringkat ke-28 dari 34 provinsi.
Sementara di sektor yang kurang menyenangkan, Aceh sering mendapat rekor tinggi, misalnya kekerasan seksual di Aceh, menempati peringkat ke-3 di tahun 2018 dan peringkat ke-2 tahun 2019.