AS setuju untuk menarik semua pasukan asing dengan imbalan jaminan keamanan dan janji Taliban untuk mengadakan pembicaraan dengan Kabul.
Namun, proses tersebut dibayangi oleh gelombang kekerasan dalam beberapa pekan terakhir, dengan Taliban melancarkan serangan hampir setiap hari terhadap pasukan pemerintah.
"Taliban ingin mendapatkan keuntungan maksimal di meja perundingan dan saya pikir mereka mungkin menguji pasukan keamanan Afghanistan,” ulasnya.
“Mungkin juga tentang seberapa jauh mereka akan melangkah sebelum sekutu kami datang untuk mendukung kami," papar Mohib.
Presiden Donald Trump telah memerintahkan kehadiran pasukan AS di Afghanistan untuk dipangkas dari 4.500 menjadi 2.500 pada pertengahan Januari, sebuah langkah yang menurut Mohib akan membuat militer Afghanistan di bawah tekanan.
Baca juga: Ngeri! Lima Rumah Hanyut Dibawa Banjir Saat Dini Hari, Warga Berjibaku Selamatkan Diri
Baca juga: Kasus Infeksi Covid-19 di Indonesia Lampaui Angka 6.000
Baca juga: Rocky Janji Bangun Kembali Rumah Warga Rusak Dihantam Banjir, Salurkan Sembako ke Pengungsian
"Ini akan membebani kemampuan kami dan tentu saja akan mempengaruhi fasilitas pelatihan dan pemeliharaan yang sedang dibangun," katanya.
Sehingga, memberikan tekanan kemungkinan besar mempercepat rencana untuk membuat angkatan udara mandiri.
"Kami masih mengandalkan kekuatan udara AS untuk banyak konflik dan kami membutuhkannya untuk mempertahankan keunggulan kami atas Taliban sampai kemampuan kami sendiri dibangun," ujarnya.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Setelah Berdamai dengan Taliban, Afghanistan akan Fokus Lawan ISIS"