Laporan Reza Munawir | Aceh Besar
SERAMBINEWS.COM, LEUPUENG – Berada di pinggir laut Samudera Hindia, kompleks makam yang kami kunjungi ini menyimpan sebuah memori kelam yang menggemparkan dunia.
Didampingi Ketua Tuha Peut Gampong Pulot, Wiyadi, ikut bersama kami Anggota DPR RI asal Aceh, TA Khalid serta Ketua DPD Gerindra Kota Banda Aceh, Chairuman, Selasa (8/12/2020).
“Kuburan Syuhada Pulot Cot Jeumpa” demikian tulisan yang tercetak dari beton, di atas pintu gerbang kompleks kuburan ini.
Komplek kuburan ini menjadi tempat bersamayam 64 syuhada korban pembantaian aparat pada tahun 1955 silam.
Para syuhada ini adalah bagian dari 99 warga Aceh yang syahid dalam sebuah peristiwa yang di kemudian hari dikenal dengan nama “Tragedi Pulot Cot Jeumpa”.
Selain 64 orang yang dimakamkan di Pulot Leupung, pembantaian nyaris serupa juga merenggut nyawa 25 orang di Cot Jeumpa, dan 10 jiwa di Kruengkala, Kecamatan Lhong, Aceh Besar.
Menurut Ketua Tuha Peut Gampong Pulot, Wiyadi, masyarakat Pulot setiap tahun menggelar acara peringatan tragedi Pulot Cot Jeumpa pada tanggal 10 Zulhijjah.
Sementara Anggota DPR RI asal Aceh, TA Khalid mengaku ziarah ini sebagai bagian dari upaya mengingat sejarah.
Bagi anda yang ingin berziarah syedara lon, lokasinya hanya terpaut sekitar 500 meter dari Jalan Banda Aceh – Meulaboh, di bibir pantai Gampong Pulot, Kecamatan Leupueng, Aceh Besar.
Tragedi di Bulan Februari
Tragedi Pulot Cot Jeumpa yang merenggut nyawa 99 warga Aceh terjadi pada bulan Februari dan Maret 1955.
Ini menjadi tragedi paling berdarah dalam sejarah pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Aceh.
Laporan investigasi yang dimuat di Harian Peristiwa, korban yang terbit di Kutaraja (Banda Aceh), membuat dunia heboh.
Beberapa harian yang terbit di Jakarta seperti Indonesia Raya dan media terbitan luar negeri sepeti New York Times, Washington Post yang terbit di Amerika Serikat atau Asahi Simbun yang terbit di Jepang ikut mengutip laporan tersebut.