Video

VIDEO Melihat Makam Syuhada Pulot Cot Jeumpa, Menyimpan Memori Kelam yang Menggemparkan Dunia

Penulis: RezaMunawir
Editor: RezaMunawir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Beberapa detik kemudian, tanpa ampun, moncong senjata otomatis memuntahkan ratusan peluru.

Puluhan tubuh pria tewas membasahi pasir.

Dalam sejarah kelam, fakta ini dikenal dengan peristiwa Cot Pulot Jeumpa di Gampông Pulot (sekarang masuk kecamatan Leupueng) dan Gampông Cot Jeumpa Kecamatan Lhong Kabupaten Aceh Besar pada Februari 1955.

Insiden yang meluluhlantakan nilai-nilai kemanusiaan bermula ketika sehari sebelumnya sebuah truk militer membawa berdrum-drum minyak dan 16 tentara melintasi Pulot.

Mendekat jembatan Krueng Raba Leupung, tentara Darul Islam yang dipimpin oleh Pawang Leman menghadang.

Pawang Leman adalah mantan camat setempat yang pada zaman revolusi Indonesia berpangkat mayor.

Tembakan beruntun menyebabkan truk terbakar.

Semua prajurit Batalyon B anak buah Kolonel Simbolon dan anggota Batalyon 142 dari Sumatera Barat anak buah Mayor Sjuib, berguguran dijilat kobaran api.

Tentara Darul Islam menyebut pasukan Republik Indonesia dengan Tentara Pancasila.

Esoknya, satu peleton (berkekuatan 20-40) Tentara Republik merazia pelaku.

Razia dari rumah ke rumah tidak membawa hasil.

Kekesalan tentara sudah di ubun-ubun.

Anak-anak hingga kakek yang ditemukan di jalan atau tempat bekerja digiring ke pantai.

Peristiwa penembakan, banyak yang menyebutnya pembantaian, pertama kali terjadi pada Sabtu, 26 Februari 1955 yang dilakukan oleh Batalyon 142 terhadap 25 petani di Pulot.

Penembakan kedua pada Senin, 28 Februari 1955 oleh Batalyon 142 terhadap 64 nelayan di Jeumpa.

Halaman
1234

Berita Terkini