Opini

Setelah 60 Tahun Merdeka, Negara Bekas Jajahan Prancis di Afrika Masih Wajib Setor ‘Upeti’

Editor: Zaenal
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prancis dan negara bekas jajahannya di Afrika, dalam peta dunia.

Oleh Mohamed Badine El Yattioui

(Penulis adalah profesor di Departemen Hubungan Internasional di Universitas Amerika Puebla (Meksiko).

SELAMA beberapa dekade di Afrika, perdebatan telah terjadi seputar hubungan ekonomi antara Prancis dan bekas koloninya di benua itu.

Terlepas dari pernyataan tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak berminat untuk mengakhiri hubungan yang tidak setara dan tidak adil, karena negaranya terus mengontrol perdagangan dan mata uang dari bekas jajahan tersebut.

Pemeliharaan dominasi ekonomi memungkinkan perpanjangan dominasi politik.

Perdagangan itu salah satu penyebab penjajahan oleh Prancis.

Di Maghreb, pelabuhan Tunis dan Aljazair penting untuk transit dan mereka sudah ada selama era Ottoman.

Kolonisasi Prancis menciptakan pelabuhan.

Yang paling terkenal adalah Casablanca di Maroko.

Kamar dagang di Prancis mendorong konstruksi ini untuk meningkatkan volume perdagangan.

Pada awal abad ke-19, Afrika sub-Sahara diisolasi oleh penghalang alami seperti Gurun Sahara dan lautan.

Komunikasi sulit dilakukan di luar jalur karavan dan sungai.

Konter Prancis di Saint Louis dan Goree di Senegal oleh karena itu penting untuk perdagangan yang didirikan oleh Prancis.

Berakhirnya perdagangan budak memberi jalan pada perdagangan bahan mentah seperti kacang tanah, minyak sawit, kayu, permen karet, kopi, dan bahan berharga dari Afrika oleh orang Eropa.

Keinginan untuk mengontrol perdagangan internasional, juga termasuk mengontrol jalur laut antara Afrika dan Asia.

Halaman
1234

Berita Terkini