Titik awal perjalanan mereka di tempuh dari Nol Kilometer Yogyakarta pada Selasa (20/10/2020) yang kemudian diakhiri di Tugu Kilometer Nol Indonesia di Kota Sabang, Aceh.
Rafli pada saat dijumpai beberapa hari setelah memulai aksi gowes di titik awalnya mengatakan, dalam perjalanan menuju nol kilometer di Sabang, ia dan Maia melakukan kampanye bebas sampah plastik.
Mereka mengajak masyarakat mengurangi sampah, bahkan jika bisa mendaur ulang sampah tersebut.
Dikatakan pula, selama perjalanan mereka juga menggunakan bahan daur ulang.
Seperti derigen bekas yang digunakan untuk wadah barang di kanan kiri sepeda.
Baca juga: Bom Melotov Dilempar ke Pos Polisi Dekat Fly Over, Pelaku Tinggalkan Pesan di Kertas Putih
Rafli menjelaskan, untuk model kampanye sendiri dilakukan dengan cara sharing bersama masyarakat yang ditemui di setiap daerah.
"Kadang kan ada yang suka tanya kenapa bawa derigen. Lalu kita sharing, ini bisa di daur ulang. Kita contohkan juga untuk mengurangi sampah, misal tidak pakai sedotan," kata Rafli saat beristirahat di Objek Wisata Pantai Alam Indah (PAI) Tegal, pada 25 Oktober 2020 lalu, dikutip dari Tribun Jateng.
Ajakan untuk mengurangi sampah juga selalu disampaikan oleh pesepeda asal Spanyol, Maia.
Saat Maia mengatakan, untuk air minum selama di perjalanan, ia dan Rafli memakai derigen berukuran 6 liter.
Mereka tidak membeli air mineral botol.
Baca juga: Iuran BPJS Kesehatan Naik Mulai 1 Januari 2021
Jika air minum habis, maka akan diisi ulang di tempat masyarakat yang menjadi pemberhentian untuk istirahat.
Maia menilai, membeli air mineral dalam kemasan botol atau gelas hanya akan memperbanyak sampah.
"Jadi kita gak perlu beli botol. Bukan karena uangnya, tapi karena plastiknya itu. Aku minum delapan liter per hari, nanti membuang delapan botol," ungkapnya dengan bahasa Indonesia yang fasih.
Rafli dan Maia memperkirakan, perjalanan untuk sampai di Tugu Nol Kilometer Indonesia di Sabang, masih membutuhkan waktu sekira satu bulan hingga dua bulan.