SERAMBINEWS.COM, KHARTOUM- Kematian seorang pria Sudan yang diculik dari sebuah warung kopi telah memicu kontroversi seputar lingkup pasukan paramiliter.
Sebagian pernah menjadi tulang punggung milisi yang menurut kelompok hak asasi manusia melakukan kejahatan perang di Darfur.
Bahaa el-Din Nouri (45) diambil pada 16 Desember 2020 di Kalakla, selatan ibu kota, Khartoum.
Oleh sejumlah pria berpakaian sipil yang mengendarai kendaraan tanpa pelat nomor, kata keluarganya.
Lima hari kemudian, jasadnya muncul di kamar mayat rumah sakit di kota Omdurman, tepat di luar Kalakla, seperti dilansir AP, Minggu (27/12/2020).
Baca juga: Bu, Kami Butuh Makanan, Ribuan Warga Sudan Selatan Terancam Kelaparan
Keluarga tersebut menolak untuk mengambil jenazah untuk segera dimakamkan setelah melihat tanda-tanda pemukulan dan penyiksaan, menurut saudara laki-laki Nouri, Yasser.
Menteri Kebudayaan dan Informasi Faisal Mohammed Saleh, mengatakan keluarga itu bertemu dengan jaksa penuntut umum pada Kamis (24/12/2020).
Mereka meminta otopsi untuk mengungkap penyebab kematian.
Saleh, yang juga juru bicara pemerintah, mengatakan penyelidikan awal menunjukkan Nouri meninggal saat diinterogasi oleh Pasukan Dukungan Cepat, atau RSF.
Seorang juru bicara RSF tidak menanggapi panggilan telepon dan pesan teks yang meminta komentar.
Pasukan itu sebagian besar terdiri dari mantan milisi Janjaweed yang melakukan tindakan keras brutal di wilayah Darfur selama dua dekade terakhir.
Kelompok hak asasi manusia menuduh Janjaweed melakukan kejahatan perang.
Termasuk memperkosa dan membunuh warga sipil dan membakar desa-desa selama serangan kontra pemberontakan di Darfur dan daerah lain di Sudan barat selama konflik.
RSF dipimpin oleh Jenderal Sudan yang kuat, Mohammed Hamdan Dagalo, yang juga wakil kepala dewan penguasa yang berkuasa.
Dagalo diangkat oleh mantan pemimpin lama Omar al-Bashir ketika dia berkuasa untuk memimpin RSF.