Berita Banda Aceh

Satu Jam Bertemu Jusuf Kalla, Wali Nanggroe Sampaikan Harapan Implementasi MoU Helsinki

Editor: Imran Thayib
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al Haytar menyambut mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla di Meuligoe Wali Nanggroe, Aceh Besar, Selasa (29/12/2020).

Aksi sosial ini juga diikuti oleh para pejabat struktural, staf dan seluruh pegawai lainnya di lingkungan Meuligoe Wali Nanggroe.

“Kegiatan donor darah ini merupakan bagian dari upaya Keurukoen Katibul Wali Nanggroe dalam rangka melaksanakan program donor darah ASN Aceh sebagaimana dicanangkan oleh Pemerintah Aceh melalui Gubernur dan Sekda,” ungkap Kabag Humas Katibul Wali Nanggroe, M Nasir SIP MPA.

Tuntaskan MoU Helsinki

Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud mengharapkan pemerintah pusat menuntaskan butir-butir nota kesepakatan damai RI dan GAM yang dikenal dengan sebutan MoU Helsinki.

"Kami berharap butir-butir kesepakatan damai Aceh ini bisa dituntaskan, sehingga tidak ada masalah lagi yang mengganjal dalam perdamaian Aceh," kata Malik Mahmud di Banda Aceh, Sabtu (15/12/2020).

Pernyataan tersebut disampaikan Malik Mahmud pada puncak peringatan 15 tahun perdamaian Aceh yang dipusatkan di Gedung Wali Nanggroe, kawasan Lampeuneurut, Aceh Besar.

Baca juga: Pasangan Gay yang Digerebek Warga dan Pemilik Kos-kosan di Kuta Alam, Banda Aceh, Akhirnya ke Jaksa

Baca juga: Korban Amuk Gajah di Aceh Jaya Terima Rumah Hunian Sementara

Baca juga: Update Covid-19 di Pidie, 2 Orang Masih Dirawat Akibat Terpapar Corona

Peringatan perdamaian yang dihadiri para unsur pimpinan daerah tersebut mendapat pengamanan ketat.

Seratusan aparat keamanan tampak berjaga-jaga di tempat.

Bahkan, anggota TNI sempat melarang wartawan yang hendak meliputi acara seremoni tersebut ketika masuk ke

Gedung Wali Nanggroe karena tidak memiliki undangan.

Malik Mahmud mengatakan, penandatanganan nota kesepakatan damai di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005, mengakhiri konflik bersenjata yang berkepanjangan di Aceh.

"Tapi, ada juga pihak yang tidak setuju dengan perdamaian Aceh. Pihak itu juga juga dicurigai mempengaruhi kebijakan pemerintah pusat. Tapi, inilah tantangan kita menjaga perdamaian Aceh," kata Malik Mahmud.

Oleh karena itu, kata mantan Perdana Menteri GAM itu, peringatan hari perdamaian Aceh setiap 15 Agustus menjadi momentum memperkuat kebersamaan menjaga perdamaian yang sudah berlangsung selama 15 tahun.

Malik Mahmud mengatakan, banyak tantangan dalam perjalanan 15 tahun perdamaian Aceh.

Tantangan tersebut bisa dilalui hingga perdamaian tetap berlangsung sampai sekarang ini.

Halaman
123

Berita Terkini