SERAMBINEWS.COM – Seekor merpati yang melakukan perjalanan sejauh 13 ribu kilometer berhasil diamankan oleh otoritas Australia.
Merpati tersebut telah dituduh membahayakan keamanan negara dan melanggar kekarantinaan wilayah.
Kini, merpati malang tersebut tengah menghadapi hukuman mati atau eutanasia.
Eutanasia adalah proses mengakhiri hidup manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan cairan yang mematikan.
Melansir dari The Guardian, Jumat (15/1/2021), seekor merpati berhasil mengarungi Samudra Pasifik sepanjang 13 ribu km dari Amerika Serikat ke Australia.
Pencinta burung, Kevin Celli-Bird mengatakan dia menemukan merpati tersebut dalam kelelahan di halaman belakang rumahnya di Melbourne, Australia.
Baca juga: Kampung Arul Latong, Kini Punya Qanun Berisi Larangan Menangkap dan Berburu Burung
Baca juga: 16 Tahun Tsunami Aceh - Saat Kawanan Burung Hitam Terbang dari Arah Laut
Baca juga: Burung Hantu yang Ditemukan di Pohon Segera Dilepas ke Alam Bebas New York
Diketahui merpati itu adalah burung yang telah menghilang dari perlombaan di negara bagian Oregon, AS pada 29 Oktober 2020 lalu.
Para ahli menduga merpati yang diberi Joe, diambil dari nama presiden terpilih AS Joe Biden, menumpang sebuah kapal kargo untuk menyeberangi Samudera Pasifik.
Celli-Bird mengatakan Badan Karantina dan Inspeksi Australia meneleponnya pada hari Kamis (14/1/2021) untuk memintanya menangkap burung tersebut.
Otoritas Australia mengetahui kedatangan merpati itu setelah adanya laporan di media.
“Mereka bilang kalau itu dari Amerika, maka mereka khawatir dengan penyakit burung,” kata Celli-Bird.
“Mereka ingin tahu apakah saya bisa membantu mereka. Saya berkata, 'Sejujurnya, saya tidak bisa menangkapnya.
Saya bisa berada dalam jarak 5 meter dan kemudian dia bergerak, " sambungnya.
Baca juga: Belasan Ular Ditangkap di Dalam Bagunan akan Dijadikan Rumah Sakit, Dari Piton hingga Kobra
Baca juga: Ini Penampakan Ular Piton Raksasa Pemakan Kambing Warga Aceh Singkil
"Pulang atau Mati'
Meski organisasi burung AS menyatakan tali pengenal yang terdapat di kaki merpati tersebut palsu, otoritas Australia tetap akan melakukan eksekusinya.
Deone Roberts, manajer pengembangan olahraga untuk American Racing Pigeon Union yang berbasis di Oklahoma, mengatakan pada hari Jumat (15/1/2021) bahwa gelang itu palsu.
"Seseorang perlu melihat gelang itu dan kemudian memahami bahwa burung itu bukan dari AS. Mereka tidak perlu membunuhnya," katanya, mengutip dari AP.
Roberts mengatakan, pemalsuan gelang burung semakin banyak terjadi.
Penjabat Perdana Menteri Australia, Michael McCormack mengatakan dia tidak tahu akan seperti apa nasib burung bernama Joe itu.
Baca juga: Wanita di Kolombia Ditembak Mati, Gegara Mengunggah Foto Burung Hantu dengan Kepala Terpenggal
Baca juga: Harga Burung Merpati Belgia Mencapai Rekor, Penggemar dari Cina Beli Rp 26,9 Miliar
Tetapi tidak akan ada belas kasihan jika merpati itu berasal dari Amerika Serikat.
"Jika Joe datang dengan cara yang tidak memenuhi standar keamanan hayati kami, silahkan terbang pulang atau akan menghadapi konsekuensi buruknya" kata McCormack kepada wartawan.
Tetapi Martin Foley, menteri kesehatan untuk negara bagian Victoria, meminta pemerintah federal untuk menyelamatkan burung itu.
"Saya akan mendesak petugas karantina Persemakmuran untuk menunjukkan sedikit belas kasih," kata Foley.
Baca juga: Rindukan Pelukan Ibu yang Telah Meninggal, Anak Autis ke Kuburan Peluk Batu Nisan Ibu
Baca juga: BERITA POPULER - Perawat Putus Tangan Meninggal Dunia hingga Ibu Muda Meninggal Tergantung di Abdya
Baca juga: BERITA POPULER – Kematian Pramugari, Postingan Pramugara Sriwijaya, Pembunuhan Gadis Aceh di Medan
Andy Meddick, seorang anggota parlemen Victoria untuk Partai Keadilan Hewan kecil, menyerukan pengampunan untuk merpati tersebut.
“Jika pemerintah federal mengizinkan Joe untuk hidup, saya dengan senang hati mencari jaminan bahwa dia tidak berisiko,” kata Meddick. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)
Baca Juga Lainnya:
Baca juga: Raja Yordania Abdullah dan Putra Mahkota Hussein Mendapatkan Suntikan Vaksin Covid-19
Baca juga: Kuwait Memberikan Dosis Pertama Vaksin Covid-19 Kepada 20.000 Orang Lebih
Baca juga: Gubernur Beri Apresiasi untuk Aceh Selatan, Kabupaten Tercepat Ajukan Pencairan Dana Desa