Ia merincikan empat kali gerhana itu selama 2021, yakni gerhana bulan total pada 26 Mei 2021 M atau 15 Syawal 1442 H, gerhana bulan parsial, 19 November 2021 M atau 15 Rabiul Akhir 1443 H.
Laporan Saiful Bahri I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Sesuai pengkajian ilmu falak, sepanjang tahun 2021 akan terjadi empat kali gerhana. Dua kali gerhana matahari dan dua kali gerhana bulan.
Dosen Ilmu Falak Jurusan Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, Tgk Ismail Is, menyampaikan hal ini kepada Serambinews.com, Kamis (4/2/2021).
Ia merincikan empat kali gerhana itu selama 2021, yakni gerhana bulan total pada 26 Mei 2021 M atau 15 Syawal 1442 H, gerhana bulan parsial, 19 November 2021 M atau 15 Rabiul Akhir 1443 H.
Kemudian gerhana matahari cincin pada 10 Juni 2021 M atau 29 Syawal 1442 H dan gerhana matahari total, 4 Desember 2021 M atau 29 Rabiul Akhir 1443 H.
Tgk Ismail menyebutkan dari empat gerhana yang akan terjadi pada tahun 2021, hanya satu kali gerhana yang bisa dilihat dari Aceh, yaitu gerhana bulan total yang akan terjadi pada 26 Mei 2021.
Gerhana ini mulai pukul 16.45.19 WIB hingga pukul 19.51.41 WIB.
• Tak Mau Diganti, Cristiano Ronaldo Gertak Pelatih Andrea Pirlo
• 40 Warga Tak Pakai Masker di Lhokseumawe Dirapid Test, 2 Reaktif Covid-19 Hingga Diswab dan Isolasi
• Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 12 Segera Dibuka, Akses di www.prakerja.go.id
• Doa Bulan Rajab dan Amalan yang Dianjurkan, Puasa Sunah hingga Bacaan Dzikir
"Gerhana Bulan total ini dasarnya bisa disaksikan di seluruh Indonesia, termasuk Aceh, yakni saat bulan terbit di ufuk timur sampai peristiwa gerhana selesai," pungkasnya.
Seperti diketahui, gerhana merupakan peristiwa terhalangnya cahaya dari sebuah sumber oleh benda lain.
Misalnya terhalang cahaya matahari oleh bulan yang menyebabkan terjadinya gerhana matahari dan terhalang cahaya matahari oleh bumi yang menyebabkan gerhana bulan.
Gerhana matahari terjadi pada fase bulan baru (new moon). Sedangkan gerhana bulan terjadi pada fase bulan purnama (full moon).
Namun tidak setiap bulan baru akan terjadi gerhana matahari dan tidak setiap bulan purnama terjadi gerhana bulan.
Hal ini disebabkan bidang orbit bulan dalam mengitari bumi tidak sejajar dengan bidang orbit bumi dalam mengitari matahari.
Gerhana matahari dikenal ada empat jenis, pertama gerhana matahari total, dimana saat puncak gerhana terjadi, seluruh piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan.
Dengan demikian matahari terlihat hitam dan memancarkan cahaya korona yang indah.
Kedua, gerhana parsial, dimana saat puncak gerhana terjadi hanya sebagian piringan matahari ditutupi oleh piringan bulan.
Ketiga, gerhana cincin, dinamai dengan cincin karena saat puncak gerhana terjadi, piringan bulan hanya menutupi pertengahan piringan matahari saja.
Oleh karena itu, matahari terlihat bercahaya di lingkaran pinggir saja yang berbentuk mirip cincin dan pada posisi tengah matahari berwarna hitam.
Keempat, gerhana hibrida, dimana saat puncak gerhana terjadi, di satu daerah terlihat gerhana matahari total dan di daerah lain terlihat berbentuk gerhana cincin.
Gerhana jenis terakhir ini tergolong peristiwa gerhana yang relatif jarang terjadi atau langka.
Sedangkan gerhana bulan, lanjut Tgk Ismail, dikenal ada tiga macam jenisnya.
Pertama, gerhana bulan total, dimana saat puncak gerhana seluruh piringan bulan memasuki bayangan umbra (inti) bumi, sehingga bulan terlihat saat itu berwarna hitam kemerah-merahan.
Kedua, gerhana bulan sebagian (parsial), dimana saat puncak gerhana terjadi, permukaan bulan hanya sebagian memasuki dalam bayang inti bumi (bayang umbra).
Ketiga, gerhana bulan penumbra, dimana bulan hanya memasuki dalam kerucut bayang luar bumi saja (bukan bayang inti Bumi), tidak sampai ke dalam bayang inti (bayang umbra).
Pada saat gerhana ini terjadi, secara kasat mata, bulan hanya terlihat redup, tidak memancarkan sinar yang kuat seperti pada saat purnama-purnama lainnya.
Untuk mengetahui proses terjadinya gerhana penumbra, harus menggunakan teleskop. (*)