Lembaga Keuangan Syariah

Pengembangan Perbankan Syariah Hadapi Banyak Tantangan, Diferensiasi Produk Bisa Jadi Kunci Sukses

Editor: Taufik Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Manajemen PT Bank Syariah Indonesia Regional 1 Aceh foto bersama di halaman depan Kantor Cabang BSI Diponegoro, Banda Aceh, seusai mengikuti peresmian bank tersebut secara virtual, Senin (1/2/2020).

Inovasi dan pendidikan punya peran penting

Ekonom Institut Pertanian Bogor (IPB) Irfan Syauqi Beik mengatakan persoalan kualitas SDM pada perbankan syariah sejak dahulu memang menjadi masalah.

Dia mengusulkan solusi jangka pendek dengan memperbanyak pelatihan tersertifikasi bagi pelaku perbankan syariah.

“Pelatihan harus didorong, tapi harus up to date karena ini masalah penting dan fundamental. Lembaga sertifikasi juga perlu meningkatkan kualitasnya, agar bisa menghasilkan SDM yang bagus,” ujar dia pada Anadolu Agency.

Sedangkan solusi jangka panjang adalah pembenahan kualitas institusi pendidikan.

Menurut Irfan banyak lulusan program studi ekonomi dan perbankan Islam kalah bersaing karena ternyata tidak mempunyai skill maupun soft skill yang dibutuhkan industri perbankan syariah.

“Dosennya, kurikulumnya, link-and match dengan industri perlu didorong agar menghasilkan lulusan yang berkarakter, mempunyai soft skill dan integritas serta kejujuran,” ujar dia.

“Tiap proses belajar mengajar harus mencerminkan akhlak Islami yang berpengaruh pada pembentukan kepribadian lulusan. Living skill,” ujar dia.

Sedangkan untuk persoalan kurangnya diferensiasi model bisnis perbankan syariah, kata kuncinya adalah inovasi, ujar Irfan.

Namun inovasi yang harus dilakukan harus berdasarkan kebutuhan masyarakat.

“Inovasi harus didukung oleh teknologi. Dengan ini proses bisnis bisa lebih efektif, efisien dan sesuai dengan kebutuhan nasabah,” ujar dia.

Inovasi produk menurut dia tidak hanya dilakukan pada sektor penyaluran atau financing, tapi juga tabungan dan produk lain terutama transaksi finansial.

“Kecepatan, akurasi dan keamanan transaksi, sangat penting. Kita sering dengar ada uang nasabah hilang, dari sisi teknologi jangan kebobolan,” ujar dia.

Kalangan perbankan syariah menurut Irfan juga harus meningkatkan jangkauan dan intensitas sosialisasi dengan konten yang lebih kreatif.

Hal ini diperlukan untuk mengatasi masalah literasi dan inklusi keuangan syariah yang terbatas.

Menurut Irfan, inklusifitas sebenarnya adalah prinsip dasar keuangan syariah karena ajaran terbuka dan bisa harus bisa melayani semua peminatnya.

Karena itu, persoalan inklusivitas seharusnya bisa tertangani dengan baik.

“Nabi Muhammad itu mencontohkan interaksi bisnis dengan orang Yahudi, baik pinjam meminjam atau bahkan memberi baju besinya,”

“Prinsip muamalah itu sangat inklusif dan bisa menjangkau siapa pun selama semua sepakat dan mempraktikkan prinsip keuangan syariah,” ujar Irfan.(AnadoluAgency)

Berita Terkini