Berita Internasional

‘Perang Dingin’ AS & Rusia Pecah, 2 Negara Adidaya Ini Saling Tuding Sebar Berita Palsu Soal Vaksin

Editor: Saifullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Vaksin Covid-19.(Shutterstock)

Tuduhan yang saling dilemparkan oleh dua kekuatan dunia ini terjadi saat isu "diplomasi vaksin" ramai diperbincangkan.

Yaitu upaya untuk mengkapitalisasi kebutuhan inokulasi yang besar demi melindungi manusia dari pandemi global selama satu tahun ini.

Rusia mengklaim menjadi negara pertama yang memenangkan pandemi setelah meluncurkan vaksin produksinya pada Agustus tahun lalu.

Vaksinnya diberi nama sesuai nama satelit pertama Soviet yang diluncurkan setengah abad sebelumnya, dan mengukuhkan kehebatan ilmuwan Rusia di dunia.

Langkah itu lalu diikuti Cina setelah pengumuman vaksinnya sendiri yaitu Vaksin Sinovac.

Secara luas, Beijing dipandang berhasil mendapatkan pengaruh soft power di sudut-sudut strategis dunia, khususnya di Afrika, Amerika Latin, dan sebagian Asia.

Baca juga: Tampil dalam Balutan Warna Ungu, Anang, Ashanty, dan Krisdayanti Kompak Saat Lamaran Aurel & Atta

Baca juga: Demi Senangkan Anak, Seorang Ayah Nekat Curi Perosotan dari Taman Bermain dan Pasang di Kamar Anak

Baca juga: Harta Karun Bawah Laut Indonesia Sering Dicuri Asing, Begini Kata Jubir Menteri KP

Kredibilitas vaksin Rusia awalnya dikritik karena diburu-buru dan secara luas dianggap sebagai propaganda belaka oleh Kremlin.

Namun seiring dengan peningkatan infeksi dan sedikitnya pilihan vaksin di seluruh dunia, kini kondisinya berbalik.

Sputnik V Rusia sementara melonjak mendahului AS dalam mendistribusikan vaksin ke negara-negara rentan yang belum mendapat vaksin. Regulator Eropa masih menguji vaksin tersebut.

Tapi sebuah studi sementara yang dicetak di The Lancet menemukan efektivitas vaksin Rusia mencapai 90 persen.

Pada Kamis (11/3/2021), Rusia mendapatkan kesepakatan dengan India untuk menjual lebih dari 100 juta dosis virus, menurut statista yang melacak distribusi vaksin. Rusia juga telah setuju untuk menjual lebih dari 7 juta dosis ke Meksiko.

Beberapa negara Uni Eropa, termasuk Hongaria dan Slovakia, juga menerima penjualan sebelum blok ekonomi itu sendiri menyetujui penggunaan vaksin.

Baca juga: Juventus Berencana Jual Cristiano Ronaldo Seharga Rp 497,48 Miliar

Baca juga: Cavani Pertimbangkan untuk Tinggalkan Man United di Akhir Musim Nanti

Baca juga: Mengenal Turnamen All England, Kejuaraan Bulutangkis Paling Bergengsi di Dunia Sejak 1899

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden menghadapi tekanan baru untuk mendistribusikan lebih banyak vaksin buatan AS secara global, sambil tetap memperhitungkan kebutuhan populasi domestik yang belum mendapatkan suntikan.

"Cina dan Rusia sedang melancarkan diplomasi vaksin mereka dan memenangkan koalisi untuk memperluas lingkup pengaruh mereka," kata J Stephen Morrison, Direktur Pusat Kebijakan Kesehatan Global di Pusat Kajian Strategis dan Internasional kepada The Washington Post pada Kamis (11/3/2021).(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "AS dan Rusia Saling Tuding Sebar Berita Palsu Soal Vaksin"

Berita Terkini