Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Pulau Banyak di Kabupaten Aceh Singkil saat ini sedang mendunia dengan rencana masuknya investasi bernilai ratusan juta dollar Amerika Serikat dari perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) pada sektor pariwisata.
Namun begitu, Pulau Banyak tidak hanya dikenal lantaran sektor pariwisatanya dengan keindahan gugusan pulau-pulau eksotiknya yang memanjakan mata.
Lebih dari itu, pulau-pulau kecil di batas Samudera Hindia ini juga memiliki harta karun yang tersimpan dalam laut.
Harta karun terpendam itu berupa aneka jenis ikan mulai dari yang besar hingga berukuran mini.
Ikan berukuran mini yang terkenal dari Kecamatan Pulau Banyak adalah teri karang. Warga lokal menyebutnya awu awu.
Baca juga: Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun, Ketua MPU Aceh, Abu Daud Meninggal Dunia
Baca juga: Gayo Jadi Daerah Buruan Satwa Liar
Baca juga: Blok Hunian Tahanan Rutan Kelas IIB Takengon Dirazia, Petugas Amankan Barang-barang Terlarang Ini
Teri karang sebesar pangkal lidi tersebut diolah warga lokal menjadi oleh-oleh khas Pulau Banyak. Bentuknya dijadikan peyek awu awu.
Selain menjadi oleh-oleh favorit pengunjung, awu awu asal Pulau Banyak, ternyata selama ini dikirim untuk memenuhi selera pasar di Pulau Sumatera.
Sebelum dikirim, teri basah atau awu awu dicampur garam. Kemudian direbus dan dijemur 4 sampai 5 jam sesuai kondisi panas matahari.
Selanjutnya, dikemas dalam karton. Awu awu pun siap dikirim ke pemesan di luar daerah.
Juragan awu awu yang cukup terkenal di Pulau Banyak adalah Kepala Desa Pulau Baguk, Hardi. Ia menggunakan bagian belakang rumahnya untuk mengolah awu awu.
Baca juga: Setelah Investasi di Aceh, Uni Emirat Arab Disebut akan Investasikan 12 Miliar Dolar di Israel
Baca juga: Ini Syarat dan Cara Pembuatan SKCK Online di Polsek dan Polres
Baca juga: Bupati Pidie Mutasi Tujuh Kadis
Saat ditemui Serambinews.com, Selasa (16/3/2021) pagi, Hardi masih turun tangan membantu pekerjanya merebus awu awu sebelum menjalankan rutinitas sebagai kepala desa.
Pekerjaan pagi hari itu cukup ekstra, sebab awu awu yang direbus bercampur dengan ikan jabung.
Sambil dijemur, karyawan sang kepala desa harus memisahkan jabung dengan awu awu.
"Ada jabungnya, agak lumayan ekstara kerja," kata Hardi.
Menurut Hardi, satu kilogram awu awu kering dijual seharga Rp 55 ribu. Pengiriman dilakukan ke Sibolga, Sumatera Utara.
Baca juga: Rektor USK Lantik Tiga Dekan
Baca juga: PKK Kecamatan Pegasing Fasilitasi Pengurusan KIA
Baca juga: Cara Cek Hasil Seleksi Kartu Prakerja Gelombang 14, Segera Login www.prakerja.go.id
Selanjutnya disebar ke daerah lain sesuai permintaan.
Mengenai jumlah produksi awu awu, ungkap dia, sangat tergantung dari kondisi laut. Jika sedang badai dan terang bulan, sama sekali tidak ada produksi.
"Awu awu ditangkap saat musim gelap bulan. Kalau lagi terang bulan, tidak ada," ujar Muslim alias Ma Panjang, Wakil Panglima Laut Pulau Baguk.
Lantaran produksi awu awu hanya dipekan dalam sebulan, maka harga serta permintaan di pasar tetap tinggi.(*)