Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Memasuki tahun ketiga, Wak Delivery atau Wak De telah menjelma sebagai usaha yang menjanjikan di Aceh Tamiang.
Siapa sangka, dulunya bisnis ini hanya membantu teman ataupun tetangga yang tidak sempat ke warung.
Adalah Anhar (24) dan Rief Hamdani, dua sosok sukses di balik pesatnya perkembangan Wak De.
Kedua pemuda ini berasal dari latar belakang berbeda, namun mampu menyatukan konsep untuk membuka lapangan pekerjaan baru.
“Tapi awalnya ini abang saya yang merintis, tidak lama memang, mungkin cuma sekitar tiga bulan,” kata Aang, sapaan Anhar, Selasa (30/3/2021).
Baca juga: Pengusaha Kaya Tewas Kecelakaan Helikopter, Tinggalkan Warisan Rp 252 Triliun
Aang berkisah, bisnis ini dibangun abangnya tahun 2018 ketika belum memiliki pekerjaan.
Konsep dasarnya pun cukup sederhana karena hanya bermodalkan aplikasi WhatsApp dan sepeda motor.
“Kawan-kawan dia yang tidak sempat ke warung minta tolong ke dia, pesanannya dikirim ke WA,” ujarnya.
Minimnya relasi dan promosi ketika itu membuat bisnis ini nyaris terhenti.
Aang menyebut ketika itu dalam sehari paling banyak hanya ada dua pesanan, namun lebih sering tidak ada pesanan.
Baca juga: Polemik Terusan Kra, Ambisi Thailand yang Bisa Ancam Singapura, Malaysia dan Indonesia
“Ketika abang saya bekerja di Banda Aceh, Wak De sempat vakum. Saya coba-coba ambil alih,” lanjut Aang.
Di tangan Aang, bisnis ternyata berkembang pesat. Tren menanjak ini tak terlepas dari persahabatannya dengan Rief Hamdani, PNS di Pemkab Aceh Tamiang.
Oyip, sapaan Rief selalu melibatkan Aang ketika kantornya mengadakan acara.
“Waktu saya masih tugas di Bappeda, untuk urusan makanan saya selalu serahkan kepada Aang,” kata Oyip yang kini bertugas di Kantor Camat Karangbaru.
Oyip yang melihat bisnis ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan mulai terlibat aktif membenahi manajemen.
Baca juga: Sejarah Indonesia Ekspor Opium, Untuk Gaji Pegawai Pemerintah Hingga Barter Dengan Senjata
Salah satu upaya yang dilakukannya ialah mengenalkan Wak De kepada Ketua TP-PKK Aceh Tamiang, Rita Syntia.
“Alhamdulillah ibu mau menerima Wak De sebagai anggota binaan, sehingga semangat kami untuk berkembang lebih kuat lagi,” ungkapnya.
Berkat dukungan dan kerja keras ini, Wak De kini telah menjalin kemitraan dengan 27 diriver, termasuk tiga di Langsa dan satu di Medan.
Pertumbuhan ini pun otomatis disertai dengan omzet drivernya yang sebelumnya dalam sehari maksimal hanya Rp 25 ribu menjadi minimal Rp 100 ribu.
Baca juga: Dinsos Bireuen akan Usulkan Bantuan Kaki Palsu Dalam APBK-P Tahun 2021
“Dalam momen-momen tertentu kita bisa membawa pulang Rp 500 ribu,” timpal Aang.
Menariknya, Wak De tidak sepenuhnya menerapkan manajemen perusahaan jasa kurir online yang menggunakan aplikasi layanan yang biasanya diunduh melalui playstore.
Secara blak-blakan, Oyip menegaskan Wak De akan tetap menggunakan WhatsApp sebagai media pesanan.
“Manajemen Wak De tidak mengambil untung dari bisnis ini. Driver yang menjadi mitra kami, kami persilahkan cari orderan sebanyak-banyaknya, dan semua penghasilan bawa ke rumah.
Manajemen hanya mengutip iuran Rp 150 ribu per bulan yang sifatnya sebagai dana darurat untuk mitra itu sendiri,” tandasnya.
Baca juga: Pengemudi Mobil Fortuner Bawa 30 Kg Ganja Ditangkap di Aceh Tenggara
Mengenai asal nama Wak De, sedikit berkelakar Oyip menjelaskan diambil dari sapaan khas Tamiang.
“Wak belikan ini, wak pesan ini, jadilah namanya Wak Delivery,” ujarnya. (*)